YKI Pusat Jalan Sam Ratulangi no 35, Menteng, Jakarta

Hotline Donasi: (021) 3152603 | Apotek : (021) 3920568 | Sekretariat: (021) 3152603

Donasi Berikan bantuan untuk saudara kita sekarang

Artikel dan Berita

Artikel Image 96

Hari Kanker Sedunia 2023: Menutup Kesenjangan Akses Pengobatan Inovatif Limfoma Hodgkin

Posted on Tue, 28.02.2023

  • Berdasarkan data dari Globocan[1], terdapat 1.188 pasien baru yang terdiagnosis Limfoma Hodgkin. Sementara itu, angka kematian akibat Limfoma Hodgkin pada tahun 2020 mencapai 363 kasus. Sebagian besar pasien terdiagnosis Limfoma Hodgkin antara usia 15 hingga 30 tahun, dan kelompok usia diatas 55 tahun.
  • Pengobatan inovatif terapi target akan…

Selengkapnya >>
  • Artikel Image 96

    Hari Kanker Sedunia 2023: Menutup Kesenjangan Akses Pengobatan Inovatif Limfoma Hodgkin

    Posted on Tue, 28.02.2023

    • Berdasarkan data dari Globocan[1], terdapat 1.188 pasien baru yang terdiagnosis Limfoma Hodgkin. Sementara itu, angka kematian akibat Limfoma Hodgkin pada tahun 2020 mencapai 363 kasus. Sebagian besar pasien terdiagnosis Limfoma Hodgkin antara usia 15 hingga 30 tahun, dan kelompok usia diatas 55 tahun.
    • Pengobatan inovatif terapi target akan segera masuk ke dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional dimana akan lebih banyak pasien yang akan mendapatkan akses terhadap obat-obatan yang dibutuhkan.
    • PT. Takeda Indonesia berkomitmen untuk menyediakan akses terhadap terapi inovatif bagi para pasien di Indonesia melalui program Jaminan Kesehatan Nasional dan juga Program Takeda BISA.
    • Program Takeda BISA merupakan program yang memudahkan pasien mendapatkan akses pengobatan inovatif bagi pasien yang memenuhi syarat medis dan finansial, sehingga mereka menyelesaikan program perawatan yang dibutuhkan.

    Jakarta, 23 Februari 2023 – Dalam rangka peringatan Hari Kanker Dunia 2023, PT. Takeda Indonesia bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia mengadakan diskusi media bertajuk “Limfoma Hodgkin: Menutup Kesenjangan Akses Pengobatan Inovatif Untuk Limfoma Hodgkin”, guna meningkatkan kesadaran mengenai Limfoma Hodgkin, tema ini sesuai dengan tema besar Hari Kanker Dunia “Closing the Gap in Cancer Care”.

    Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan, “Dalam rangka Hari Kanker Dunia 2023 ini, Yayasan Kanker Indonesia menyampaikan pentingnya pemangku kepentingan dan masyarakat bergandeng tangan dalam meningkatkan pengetahuan tentang kanker, mengatasi kesenjangan perawatan kanker dan mendorong pencegahan kanker, termasuk pada kesempatan ini kanker Limfoma Hodgkin.”

    “Melihat pentingnya kesadaran masyarakat akan beragam jenis kanker yang dapat mengintai siapapun, Yayasan Kanker Indonesia mengapresiasi kolaborasi dengan PT Takeda Indonesia sehingga kita dapat lebih mengetahui tentang kanker Limfoma Hodgkin, faktor risiko, pencegahan dan modalitas perawatannya,” ujar Prof. Aru.

    Andreas Gutknecht, General Manager PT. Takeda Indonesia mengatakan “Hari Kanker Dunia yang setiap tahun diperingati, terus mengangkat isu penting terkait akses terhadap perawatan pasien kanker. Takeda Indonesia dalam hal ini berkomitmen untuk membuka akses dan menjalankan tujuan organisasi kami untuk menghadirkan obat-obatan inovatif yang dibutuhkan para pasien, salah satunya untuk Hodgkin Limfoma dimana terdapat populasi pasien yang memiliki keterbatasan untuk mendapatkan perawatan yang sesuai untuk kondisi mereka.”

    Limfoma Hodgkin adalah kanker pada sistem kelenjar getah bening,  yang merupakan kumpulan jaringan dan organ yang membantu tubuh menyerang infeksi dan penyakit. Menurut Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, terdapat 1.188 kasus Limfoma Hodgkin di Indonesia.

    Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD KHOM, FINASIM – Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik, mengatakan “Pada umumnya gejala yang muncul berupa pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha, yang dapat disertai B symptoms (demam lebih dari 38o C, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot badan lebih dari 10% bobot badan selama 6 bulan), dan gejala lain seperti gatal-gatal, kelelahan yang luar biasa, dan mengalami intoleransi terhadap alkohol.”

    Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), jenis pengobatan Limfoma Hodgkin diantaranya: kemoterapi, terapi target, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, dan imunoterapi [1].

    Sebanyak 20% pasien Hodgkin Limfoma yang sudah pernah mendapatkan pengobatan lini pertama masih memiliki kemungkinan kambuh. Para pasien kambuh ini membutuhkan pengobatan lini kedua yang sesuai untuk kondisi mereka, akan tetapi akses terhadap obat-obatan inovatif yang mereka butuhkan masih terbatas, dan tingkat keterjangkauan juga masih rendah.

    “Baru-baru ini pengobatan inovatif terapi target akan segera masuk kedalam skema Jaminan Kesehatan Nasional dimana akan lebih banyak pasien yang akan mendapatkan akses terhadap obat-obatan yang dibutuhkah, terutama untuk para pasien yang memiliki kekambuhan.” Terang dr. Andika.

    Dari sisi akses pengobatan, berdasarkan laporan dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) negara dengan pendapatan nasional yang lebih rendah memiliki ketersediaan obat anti-kanker yang lebih rendah, termasuk terapi target. Hal ini menimbulkan perbedaan pada angka harapan hidup pasien kanker di berbagai negara [2].

    Berbagai strategi dapat diterapkan oleh pemangku kepentingan untuk meningkatkan akses terhadap obat kanker, salah satunya dengan menyediakan program bantuan pasien [2]. “Takeda Indonesia berkomitmen untuk menyediakan akses terhadap pengobatan inovatif, salah satunya dengan membuka akses secara luas melalui program Jaminan Kesehatan Nasional dan juga Patient Assistance Program kami yaitu Takeda BISA (Bantu Indonesia Sehat melalui Akses).” Terang Andreas.

    Takeda BISA (Bantu Indonesia Sehat melalui Akses) merupakan program yang memudahkan pasien mendapatkan akses pengobatan inovatif bagi pasien yang memenuhi syarat medis dan finansial, sehingga mereka menyelesaikan program perawatan yang dibutuhkan, salah satunya adalah Hodgkin Lymphoma. Program ini telah diimplementasikan di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan seperti apotek YKI dan beberapa rumah sakit di Indonesia.

    -          Selesai    -

    Daftar Pustaka

    [1] Shanbhag S, Ambinder RF. Hodgkin lymphoma: A review and update on recent progress. CA Cancer J Clin. 2018;68(2):116-132.

    [2] World Health Organization. Technical Report: Pricing of Cancer Medicines and its Impact. Geneva: World Health Organization (2021).

     

    Tentang Takeda  

    Takeda Pharmaceutical Company Limited adalah perusahaan biofarmasi terkemuka berbasis-nilai, penelitian dan pengembangan (R&D), dari Jepang, yang berkomitmen untuk menemukan dan menghadirkan perawatan terkini, yang sejalan dengan komitmen kami kepada para pasien (Patients), orang-orang Takeda (People), dan juga bumi (Planet) ini. Takeda berfokus kepada upaya R&D di berbagai area terapetik, termasuk: Oncology, Rare Diseases, Inflammatory Bowel Disease, and Haemophilia. Kami juga menginvestasikan R&D dalam pengembangan Vaksin. Kami berfokus untuk mengembangkan obat-obatan inovatif yang berkontribusi untuk memberikan perbedaan dalam perawatan dan kualitas hidup pasien dengan riset terhadap pilihan perawatan dan menggunakan kemampuan dan keahlian R&D kami untuk menciptakan lini perawatan (pipeline) yang luas. Takeda berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan bekerjasama dengan para mitra kami di layanan kesehatan di 80 negara di dunia. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi https://www.takeda.com

     

    Tentang Yayasan Kanker Indonesia

    Yayasan Kanker Indonesia (YKI) merupakan organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya pencegahan kanker. Tujuan YKI adalah mengupayakan pencegahan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang promotif, preventif dan suportif. Menyadari bahwa pencegahan kanker hanya dapat berhasil jika dilakukan oleh semua pihak, maka YKI melakukan kegiatannya dengan bekerjasama dengan semua pihak, baik itu pemerintah, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, pihak swasta maupun dunia usaha baik di dalam negeri. dan di luar negeri. YKI memiliki lebih dari 100 cabang di seluruh Indonesia.

     

    Kontak Media:

    Ferdo Pratama / Communications Manager

    E : Ferdo.pratama@takeda.com

    P : +62-21-310-6780

     

    Bidang Humas YKI: humas.yki@gmail.com

    Sekretariat YKI: ykipusat@gmail.com

     

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 95

    “Pentingnya Diagnosis yang Tepat untuk Kanker Paru” Bulan Kesadaran Kanker Paru 2022

    Posted on Wed, 09.11.2022

     

    • PT Takeda Indonesia berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Indonesia ikut serta dalam memperingati Bulan Kesadaran Kanker Paru dengan mengadakan kegiatan media edukasi yang membahas pentingnya diagnosis yang tepat untuk pasien kanker paru.
    • Berdasarkan data dari Globocan 2020, di Indonesia terdapat 34.783 pasien baru kanker paru setiap tahunnya. Kanker Paru merupakan urutan ketiga kanker terbanyak (8.8%) dan urutan pertama kanker penyebab kematian (13.2%) sebanyak 30.843 jumlah kematian.
    • Berdasarkan hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta, kanker paru merupakan kasus kanker terbanyak pada laki-laki
    • Berdasarkan data hasil pemeriksaan di laboratorium Patologi Anatomi RSUP Persahabatan, lebih dari 50 persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa adalah kasus kanker paru.
    • Gejala Kanker Paru dapat berupa batuk yang persisten, darah pada mucus, bernapas pendek, nyeri di area dada, kelelahan yang berlebihan, dan penurunan bobot badan yang tidak dapat dijelaskan.
    • Penegakan diagnosis Kanker Paru dilakukan dengan pemeriksaan biomarker (penanda biologis) yang meliputi pemeriksaan ALK, EGFR, ROS1, MET, BRAF, NTRK.
    • PT Takeda Indonesia berkomitmen untuk menyediakan akses terhadap terapi inovatif bagi para pasien di Indonesia, termasuk pasien-pasien Kanker Paru ALK+ yang membutuhkan penanganan yang tepat berdasarkan kondisi mereka.

     

    Jakarta, 8 November 2022 – Dalam rangka peringatan Bulan Kesadaran Kanker Paru 2022, PT. Takeda Indonesia berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dalam mengadakan webinar media bertajuk “Pentingnya Diagnosis yang Tepat untuk Kanker Paru” guna meningkatkan kesadaran mengenai dalam hal diagnosis Kanker Paru di Indonesia.

    Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan, “Kanker paru adalah jenis kanker yang angka kejadiannya paling tinggi pada laki-laki di Indonesia dengan 95% kanker paru akibat lingkungan serta gaya hidup, dan kebiasaan merokok, dalam hal ini Indonesia menempati posisi nomor satu dalam jumlah perokok laki-laki dewasa di dunia, serta polusi sekitar yang tinggi.”

    Lebih lanjut Prof. Aru menyampaikan, “Gejala pada kanker paru seringkali tidak tampak pada stadium awal, ini berakibat dimana data saat ini menunjukkan bahwa 60% pasien kanker paru datang dalam stadium lanjut, sebab kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC, dengan demikian penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko, gejala, dan perawatan yang tersedia termasuk modalitas diagnosis kanker paru sehingga kanker paru dapat diobati dengan tepat.”

    “Yayasan Kanker Indonesia mengapresiasi kolaborasi dengan PT Takeda Indonesia sehingga kita dapat lebih mengetahui tentang modalitas diagnosis kanker paru yang tepat,” ujar Prof. Aru.

    Andreas Gutknecht, General Manager of PT Takeda Indonesia mengatakan, “Takeda berkomitmen untuk menerjemahkan sains ke dalam pengobatan yang dapat mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Kami berfokus pada berbagai penyakit dengan kebutuhan medis tak terpenuhi paling tinggi dan masalah terbesar dalam kesehatan masyarakat, kanker paru tentunya adalah salah satu dari penyakit tersebut. Dengan demikian, diagnosis dini dan tepat pada kanker paru menjadi titik kritis dalam keberhasilan pengobatan pasien. Oleh karena itu, kami bersyukur dapat bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia untuk meningkatkan kesadaran terkait kanker paru secara berkelanjutan di Indonesia.”

    Dalam kegiatan diskusi media memperingati Bulan Kesadaran Kanker Paru 2022, Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K) – Pengurus Pusat Yayasan Kanker Indonesia dan Bekerja di  Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI - RSUP Persahabatan, yang bertindak sebagai narasumber mengatakan, “Berdasarkan data Globocan 2020, di Indonesia terlihat masalah kanker paru ada dua poin penting yaitu jumlah kasus paru yang terus meningkat dan hanya dapat diatasi dengan melakukan pencegahan atau pengendalian faktor risiko kanker paru. Masalah kedua masih buruknya prognosisnya dibanding kanker lain yaitu dengan pendeknya angka harapan hidup akibat Sebagian besar penyakit ditemukan pada stadium lanjut.  Maka usaha skrining atau deteksi dini akan secara langsung akan memperpanjang harapan hidup. Namun kabar baiknya, pasien kanker paru stadium lanjut yang mendapat pengobatan yang spesifik berdasarkan karakteristik kelainan molecular menunjukkan hasil yang baik.

    Beliau memaparkan perlu mewaspadai orang yang memiliki faktor risiko dan mempunyai gejala-gejala respirasi meski sulit membedakan dengan penyakit paru lainnya. Gejala yang timbul pada pasien kanker paru, diantaranya batuk yang persisten, darah pada mukus/lendir, bernapas pendek, nyeri di area dada, kelelahan yang berlebihan, penurunan bobot badan dan penurunan nafsu makan. Faktor risiko yang berpotensi menyebabkan kanker paru yang paling utama adalah merokok. Selain itu kontak dengan zat-zat karsinogenik (Radon, Arsen, Asbestos), keluarga yang memiliki riwayat kanker paru, dan Riwayat penyakit paru kronik lainnya. Melakukan skrining atau deteksi dini pada kelompok berisiko tinggi adalah upaya yang paling baik yang harus dilakukan untuk meningkatkan angka tahan hidup penderita kanker paru.

    Beliau menekankan bahwa pemeriksaan kanker paru sangatlah penting untuk memahami kanker yang dialami pasien secara spesifik. Dengan demikian, pasien dapat memperoleh pengobatan dengan hasil yang optimal dan bertahan hidup lebih lama.

    Beliau menjelaskan  bahwa Kanker paru dibedakan untuk setiap pasien dari jenis sel dan perubahan sel abnormal. Pengujian biomarker akan menunjukkan mutasi spesifik pada sel Kanker. Pengujian biomarker sangat penting karena dapat mendeteksi adanya penanda biologis (biomarker) spesifik yang dapat membantu pemilihan  terapi yang telah tersedia di Indonesia. Tes untuk melihat mutasi gen  gen atau molekuler yang berkaitan dengan pilihan terapi target adalah mutasi  ALK, EGFR, ROS1.

    Selanjutnya, beliau mengatakan “Kanker paru-paru positif ALK (Anaplastic Lymphoma Kinase positive, atau ALK+) terjadi pada 1 dari 25 pasien kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Di Indonesia, prevalensi adenokarsinoma paru dengan ALK positif mencapai 7 %.

     

    Tentang Takeda

    Takeda adalah pemimpin biofarmasi global, berbasis nilai, yang digerakkan oleh R&D yang berkantor pusat di Jepang, berkomitmen untuk menemukan dan memberikan perawatan yang mengubah hidup, dipandu oleh komitmen kami kepada pasien, karyawan kami, dan planet ini. Takeda memfokuskan upaya R&D pada empat bidang terapeutik: Onkologi, Genetika Langka dan Hematologi, Ilmu Saraf, dan Gastroenterologi (GI). Kami juga melakukan investasi R&D yang ditargetkan dalam Terapi dan Vaksin yang Berasal dari Plasma. Kami berfokus pada pengembangan obat-obatan yang sangat inovatif yang berkontribusi untuk membuat perbedaan dalam kehidupan masyarakat dengan memajukan pilihan pengobatan baru dan memanfaatkan mesin dan kemampuan R&D kolaboratif kami yang ditingkatkan untuk menciptakan jalur yang kuat dan beragam modalitas. Karyawan kami berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan bekerja sama dengan mitra kami dalam perawatan kesehatan di sekitar 80 negara dan wilayah. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi https://www.takeda.com.

     

    Tentang Yayasan Kanker Indonesia

    Yayasan Kanker Indonesia (YKI) merupakan organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya pencegahan kanker. Tujuan YKI adalah mengupayakan pencegahan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang promotif, preventif dan suportif. Menyadari bahwa pencegahan kanker hanya dapat berhasil jika dilakukan oleh semua pihak, maka YKI melakukan kegiatannya dengan bekerjasama dengan semua pihak, baik itu pemerintah, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, pihak swasta maupun dunia usaha baik di dalam negeri. dan di luar negeri. YKI memiliki lebih dari 100 cabang di seluruh Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut tentang YKI, kunjungi http://yayasankankerindonesia.org/ dan IG @yayasankankerid, atau email humas.yki@gmail.com dan ykipusat@gmail.com

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 94

    Hindari Malnutrisi Pada Pasien Kanker Untuk Membantu Kesuksesan Terapi dan Meningkatkan Kualitas Hid

    Posted on Mon, 31.10.2022

    • Nutrisi yang optimal dapat menunjang keberhasilan terapi pasien kanker
    • Pasien kanker pada kondisi paliatif membutuhkan nutrisi yang optimal untuk meningkatkan kualitas hidupnya

    Jakarta, 24 Oktober 2022 - Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021 melaporkan jumlah kasus baru kanker mencapai 2.595.520 kasus[1].Data dari European Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ESPEN) menunjukkan bahwa 1 dari 5 pasien kanker meninggal akibat malnutrisi[2], hal ini menekankan pentingnya pemenuhan nutrisi  untuk membantu meningkatkan keberhasilan pengobatan, dan meningkatkan kualitas hidup pasien kanker termasuk bagi mereka yang berada di kondisi paliatif.

    Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia/ YKI, Prof. DR. Dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP, menyebutkan “Dalam menjalankan terapi, pasien kanker seringkali mengalami  penurunan nafsu makan, disertai rasa mual, muntah, sariawan, rasa logam di mulut, diare, dan rasa tidak nyaman lainnya, sehingga mengurangi nafsu makan dan bahkan minum yang akhirnya dapat menyebabkan malnutrisi.  Kondisi malnutrisi tentu saja dapat berdampak pada keberhasilan terapi. Oleh karena itu perlu upaya pencegahan malnutrisi pada pasien kanker dengan berbagai intervensi dan solusi, termasuk melalui kolaborasi multi-disiplin tim onkologi dengan tim gizi klinis agar hasil terapi kanker pada pasien menjadi lebih optimal.”

    Dokter spesialis gizi klinis, dr. Cindiawaty Josito Pudjiadi, MARS, MS, Sp.GK mengatakan, “Pasien kanker membutuhkan nutrisi berbeda dengan orang yang sehat. Pemenuhan nutrisi tersebut sangat penting untuk memperbaiki sel-sel yang rusak akibat terapi. Pemberian nutrisi yang optimal saat terapi adalah untuk memenuhi kebutuhan energi sebesar 25 – 30 kkal/kg BB/hari, dan kebutuhan protein sebesar 1.0 – 1.5 g/kg BB/hari2, serta EPA/ Eicosapentaenoic Acid (asam lemak omega 3) sebanyak 1-2 g per hari3. Namun apabila pasien masih tidak dapat mengasup makanan sesuai kebutuhan hariannya atau sulit memenuhi kebutuhan EPA, protein, dan energi sesuai anjuran, maka suplementasi dengan ONS (oral nutritional supplement) atau disebut juga makanan cair bisa menjadi salah satu solusi lainnya.”

    Penanggung jawab program paliatif Yayasan Kanker Indonesia Pusat, dr. Siti Annisa Nuhoni, Sp.KFR(K), mengatakan, “Kebutuhan nutrisi yang baik juga perlu dipenuhi pada pasien paliatif,  sebab malnutrisi dapat mengurangi kemampuan bergerak dan menghambat kemampuan melakukan aktifitas fungsional dalam keseharian, sehingga  mengganggu kualitas hidup.  Dalam kondisi tersebut, intervensi nutrisi yang disesuaikan dengan kebutuhan individu akan memberikan manfaat bagi pasien. Pada tahap ini, jika memungkinkan, perawatan nutrisi dengan makanan cair (ONS) dapat membantu gizi pasien dan memaksimalkan kualitas hidup pasien paliatif.” 

    Direktur PT Fresenius Kabi Indonesia, Herlina Harjono menyatakan, “Sejalan dengan  misi Caring for Life, Fresenius Kabi berkomitmen untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat Indonesia. Kali ini bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia, kami memberikan edukasi mengenai pentingnya asupan nutrisi dan solusi untuk membantu mencegah dan mengatasi malnutrisi. Kami juga terus melakukan inovasi untuk menyediakan produk nutrisi berkualitas sesuai dengan rekomendasi.”

     

    Tentang Fresenius Kabi

    Fresenius Kabi merupakan perusahaan kesehatan global yang secara khusus menyediakan obat-obatan  dan teknologi infus, transfusi, dan nutrisi klinis. Perusahaan kami menyediakan produk dan layanan kesehatan untuk merawat pasien yang menderita penyakit kritis dan kronis.

    Produk Fresenius Kabi terdiri dari beragam produk infus, obat generik dan nutrisi klinis serta peralatan medis yang digunakan untuk memberikan obat-obatan tersebut kepada pasien. Di bidang biosimilar, Fresenius Kabi berfokus pada penyakit autoimun dan onkologi. Pada tahun 2019, produk biosimilar pertama oleh Fresenius Kabi diluncurkan. Dalam teknologi transfuse dan terapi sel, Fresenius Kabi menawarkan produk pengumpulan, pengolahan komponen darah, dan terapi pengobatan darah pasien menggunakan sistem apheresis.

    Dengan misi “caring for life”, Fresenius Kabi berkomitmen untuk menyediakan obat-obatan dan teknologi esensial kepada pihak-pihak yang menolong pasien dalam menghadapi tantangan hidup mereka.

     

    Tentang Yayasan Kanker Indonesia

    Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adalah organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya penanggulangan kanker. Tujuan YKI adalah mengupayakan penanggulangan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang promotif, preventif dan suportif. Menyadari bahwa penanggulangan kanker hanya mungkin berhasil bila dilakukan oleh semua pihak, maka YKI melaksanakan kegiatannya dengan bekerjasama dengan semua pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan dunia usaha baik di dalam maupun luar negeri. YKI memiliki lebih dari 100 cabang di seluruh Indonesia.  Lebih lanjut mengenai YKI kunjungi http://yayasankankerindonesia.org/  atau IG @yayasankankerid.

     

    [1] Kementerian Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021. 2021. 106

    [2] ESPEN practical guideline: Clinical Nutrition in cancer diakses pada 27 September 27, 2022

    3 ESPEN guidelines on nutrition in cancer patients 2016

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 92

    Imunoterapi Memberi Harapan Baru Bagi Pasien Kanker

    Posted on Tue, 28.06.2022

    Jakarta, 23 Juni 2022 – Dalam rangka bulan Penyintas Kanker, MSD Indonesia bersama Yayasan Kanker Indonesia (YKI) meluncurkan kampanye #HarapanBaru untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap tiga penyakit kanker terbesar di Indonesia, yaitu kanker paru, payudara dan serviks.

    Menurut laporan Global Burden of Cancer Study (Globocan) 2020, jumlah kasus baru kanker paru, kanker payudara dan kanker serviks di seluruh dunia mencapai lebih dari 5 juta dengan lebih dari 2,8 juta kematian.[i] Sementara jumlah kasus baru ketiga jenis kanker tersebut di Indonesia menurut laporan yang sama mencapai 137.274 dengan jumlah kematian 74.276 -artinya, setiap hari terdapat lebih dari 200 keluarga kehilangan anggota keluarganya akibat jenis kanker tersebut.[ii]

    Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan, “Kita perlu menyikapi tingginya kasus baru dan kematian akibat kanker paru, kanker payudara dan kanker serviks di Indonesia, dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut, pencegahannya, termasuk semua opsi terapi sistemik.”

    George Stylianou, Managing Director MSD Indonesia, mengatakan, “Kami merasa terhormat memiliki kesempatan ini bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia, untuk meluncurkan kampanye edukasi mengenai kanker, Berbagi #HarapanBaru. Bulan ini, saat para penyintas dirayakan dan dihormati, penting untuk mengingat peran penting memiliki harapan dalam upaya melawan kanker. Harapan adalah pendorong utama untuk menjaga semangat mempertahankan hidup dan keinginan untuk hidup.”

    “Di MSD, kami berkomitmen untuk memberikan harapan kepada pasien kanker melalui penelitian dan obat inovasi kami di bidang onkologi. Kami bekerja dengan urgensi untuk mengutamakan pasien dan memastikan obat kanker inovatif kami dapat diakses oleh pasien yang membutuhkan. Kami masing-masing didorong oleh visi bersama untuk memberikan harapan kepada semua pasien kanker—harapan akan lebih banyak cara untuk mengobati kanker mereka, harapan akan lebih banyak kualitas dalam hidup mereka, harapan untuk lebih banyak waktu,” ujar George.

    Lebih lanjut Prof. Aru Sudoyo menjelaskan bahwa salah satu terobosan di dunia medis yang merupakan harapan baru bagi pasien kanker paru, kanker payudara dan kanker serviks adalah adanya terapi pengobatan imunoterapi.

    Imunoterapi merupakan bentuk inovasi pengobatan kanker terbaru yang dapat meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh individu untuk mengenali dan menyerang sel kanker. Sel kanker memiliki kemampuan 'menyamarkan' diri sehingga sulit dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Dengan imunoterapi, sistem kekebalan tubuh dapat ditingkatkan sehingga bisa mendeteksi sel kanker untuk dihancurkan.

    Imunoterapi merupakan salah satu modalitas terapi kanker selain pembedahan, radioterapi, terapi hormonal, terapi target dan kemoterapi. Untuk menentukan terapi yang tepat, dilakukan berbagai tes seperti Programmed Death-ligand 1 (PD-L1). PD-L1 adalah protein transmembran yang berperan penting dalam menekan dukungan adaptif dari sistem kekebalan selama peristiwa atau kondisi tertentu.

    Tes dengan PD-L1 imunohistokimia pada pasien akan menunjukkan tingkat ekspresi PD-L1 pada jaringan tumor. Semakin tinggi ekspresi PD-L1, respon akan semakin baik terhadap imunoterapi.

    Hasil uji klinis menunjukkan pengobatan imunoterapi dapat membantu menghentikan atau memperlambat pertumbuhan sel kanker, mencegah kanker menyebar ke bagian tubuh lain dan membantu sistem kekebalan tubuh bekerja lebih baik dalam menghancurkan sel kanker.

    Prof. Aru Sudoyo menjelaskan bahwa imunoterapi sebagai terapi lini pertama pada pasien dengan kanker paru bukan sel kecil (KPBSK) metastatik dan ekspresi PD-L1 dengan nilai tertentu, memberikan manfaat angka harapan hidup dua kali lipat lebih panjang dibandingkan standar pengobatan kemoterapi saja.

    Pasien kanker paru stadium lanjut dan memiliki ekspresi PD-L1 dengan nilai tertentu, yang diterapi dengan imunoterapi memiliki angka harapan hidup 5-tahun hingga 31,9%. Artinya, imunoterapi memberikan angka harapan hidup 5-tahun sebesar empat kali lebih tinggi dibandingkan standar pengobatan kemoterapi dan menurunkan angka resiko terjadinya efek samping berat (derajat 3 – 5) hingga 22%.[iii]

    Mengenai kanker payudara subtipe triple negative (TNBC), Prof. Aru Sudoyo menyampaikan bahwa dengan perkembangan inovasi pengobatan, mulai tahun 2022 imunoterapi telah disetujui oleh Badan POM untuk terapi TNBC stadium lanjut. Data uji klinis menunjukan bahwa satu dari dua pasien kanker TNBC mendapatkan manfaat dari terapi kombinasi imunoterapi dan kemoterapi.[iv]

     “Kombinasi imunoterapi dengan kemoterapi sebagai pengobatan lini pertama bagi pasien TNBC dengan tumor yang memiliki nilai ekspresi PD-L1 tertentu dapat mengurangi resiko kematian hingga 27% dibandingkan dengan pemberian kemoterapi saja,” lanjut Prof. Aru Sudoyo.[v]

    American Society of Clinical Oncology (ASCO) baru-baru ini menerbitkan pedoman medis bagi pasien kanker serviks yang telah mengalami kekambuhan atau metastatis, dimana data uji klinis dari kombinasi imunoterapi dengan standar pengobatan sebelumnya dapat memberikan manfaat 35% lebih baik dimana penyakit tidak mengalami perburukan dan memberikan angka harapan hidup 33% lebih lama dibandingkan dengan standar pengobatan sebelumnya saja.[vi]

    Mulai tahun 2022 di Indonesia, imunoterapi bagi pengobatan kanker serviks telah tersedia, khususnya bagi pasien yang didiagnosis dengan kanker serviks stadium lanjut.

    Menurut Prof. Aru Sudoyo, imunoterapi telah tersedia di rumah sakit yang melayani pengobatan kanker. Namun, tidak semua jenis kanker paru, kanker payudara maupun kanker serviks dapat diterapi dengan imunoterapi. Pasien perlu berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan terbaik sesuai kondisi masing-masing pasien.

    “Dalam perjuangan melawan kanker, pasien harus terus menjaga harapan, semangat, kesehatan mental dan emosional, didukung oleh keluarga dan lingkungan, serta tertib dalam menjalankan terapi dan pengobatan kanker sesuai arahan dokter agar kualitas dan harapan hidup dapat terus terjaga,” tutup Prof. Aru Sudoyo.

    Tentang MSD

    Selama lebih dari satu abad, MSD telah menciptakan penemuan yang berkontribusi untuk kehidupan banyak orang, memajukan obat-obatan dan vaksin untuk penyakit-penyakit yang paling berbahaya di dunia. Saat ini, MSD terus menjadi yang terdepan dalam penelitian untuk memberikan solusi kesehatan yang inovatif dan memajukan pencegahan dan pengobatan penyakit yang mengancam manusia dan hewan di seluruh dunia. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.msd-indonesia.com atau www.msd.com.

    Tentang Yayasan Kanker Indonesia

    Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adalah organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya penanggulangan kanker. Tujuan YKI adalah mengupayakan penanggulangan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang promotif, preventif dan suportif. Menyadari bahwa penanggulangan kanker hanya mungkin berhasil bila dilakukan oleh semua pihak, maka YKI melaksanakan kegiatannya dengan bekerjasama dengan semua pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan dunia usaha baik di dalam maupun luar negeri. YKI memiliki lebih dari 100 cabang di seluruh Indonesia. Lebih lanjut mengenai YKI kunjungi http://yayasankankerindonesia.org/ dan IG @yayasankankerid.

      

    Untuk keterangan lebih lanjut hubungi

    YAYASAN KANKER INDONESIA

    Email : humas.yki@gmail.com / ykipusat@gmail.com        

     

    Daftar Pustaka

    [i]       International Agency for Research on Cancer. World Health Organization. Globocan 2020. Diakses pada 6 Juli 2022 melalui https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/900-world-fact-sheets.pdf

    [ii]     International Agency for Research on Cancer. World Health Organization. Globocan 2020 Indonesia. Diakses pada 6 Juli 2022 melalui https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf

    [iii]      American Society of Clinical Oncology (ASCO). 2021. Educational Book. Diakses pada 6 Juni 2022 melalui Immunotherapy for Advanced Non–Small Cell Lung Cancer: A Decade of Progress.

    [iv]     American Society of Clinical Oncology (ASCO). 2021. The ASCO Post. Diakses pada 6 Juni 2022 melalui https://ascopost.com/issues/december-10-2021.

    [v]      American Society of Clinical Oncology (ASCO). 2021. Educational Book. Diakses pada 6 Juni 2022 melalui Immunotherapy for Advanced Non–Small Cell Lung Cancer: A Decade of Progress.

    [vi]     American Society of Clinical Oncology (ASCO). 2021. ASCO Guidline. Diakses pada 6 Juni 2022 melalui Management and Care of Patients With Invasive Cervical Cancer: ASCO Resource-Stratified Guideline Rapid Recommendation

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 91

    Literasi Finansial untuk Kesehatan: Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker

    Posted on Tue, 01.03.2022

    Jakarta, 22 Februari 2022 –Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bersama dengan PT Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia dan Nasional Re Indonesia melaksanakan webinar media dengan topik “Hentikan Kesenjangan Perawatan Kanker: Literasi Finansial untuk Kesehatan” yang menjelaskan tentang pentingnya literasi finansial untuk kesehatan guna meningkatkan kualitas hidup pasien kanker, sebagai upaya menghentikan kesenjangan perawatan kanker di Indonesia.

    Menurut data GLOBOCAN 2020, di Indonesia terdapat 396.914 kejadian baru kanker dengan angka kematian sebesar 234.511. Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan, “Sebanyak 80% pasien kanker datang sudah pada stadium lanjut, sehingga presentase kesintasan menjadi lebih rendah. Hal ini juga berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran untuk pencegahan dan deteksi dini kanker, serta kondisi kesenjangan perawatan kanker di Indonesia yang salah satunya diakibatkan oleh rendahnya literasi finansial untuk kesehatan yang menjadi hambatan sehingga pasien sulit mendapatkan akses terhadap perawatan kanker yang optimal.”

    “Dengan kondisi tersebut, Yayasan Kanker Indonesia memandang bahwa masyarakat perlu mendapatkan pengetahuan tentang literasi finansial untuk kesehatan sebagai bekal penting jika terkena penyakit kritis seperti kanker, sehingga akses terhadap perawatan menjadi lebih mudah,” jelas Prof. Aru Sudoyo.

    Lebih lanjut Prof. Aru menjelaskan, bahwa saat ini terdapat batasan-batasan jaminan sosial untuk layanan perawatan kanker dimana tidak semua perawatan ataupun obat-obatan dijamin, dan kini masyarakat mulai menyadari kondisi tersebut, sehingga minat terhadap asuransi kesehatan swasta bertambah.

    Hari ini YKI, MSD Indonesia dan Nasional Re menandatangani komitmen bersama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memiliki perencanaan keuangan untuk kesehatan, sebagai wujud upaya menutup kesenjangan dalam perawatan kanker. Komitmen ini diharapkan dapat memberikan dampak positif kepada akses pengobatan kanker yang inovatif di Indonesia.

    George Stylianou, Managing Director MSD di Indonesia, mengatakan, “Hari ini kami sangat bersemangat untuk bermitra dengan Yayasan Kanker Indonesia dan Nasional Re untuk memperingati Hari Kanker Sedunia 2022 untuk berbicara tentang menutup kesenjangan dalam perawatan kanker.”

    “Salah satu faktor kesenjangan yang paling nyata adalah kesejangan akses terhadap pengobatan kanker yang berkualitas. Untuk itu, MSD Indonesia terus berkomitmen untuk membuka peluang kerjasama dengan semua pemangku kepentingan dalam memperluas akses terhadap pengobatan kanker yang inovatif, seperti imunoterapi, yang telah terbukti memberikan harapan baru kepada pasien dengan berbagai kanker,” tutup George.

    Prof Aru Sudoyo juga menyoroti bahwa perusahaan asuransi perlu membantu meningkatkan pemahaman umum tentang kanker dan kesadaran akan pilihan pengobatan, termasuk di daerah terpencil dimana sikap terhadap pengobatan tradisional masih banyak ditemukan. Perusahaan asuransi juga berkontribusi positif terhadap tugas penting memberikan informasi kepada dokter tentang jenis-jenis perawatan baru yang tersedia. “Mengatasi kanker dan membangun kesadaran masyarakat berjalan seiring – dan di sinilah asuransi swasta masuk,” Prof. Aru Sudoyo menegaskan.

    Susatyo P. Widodo, ANZIIF (assoc) CIP, APAI, CFP, IFP, AEPP, QWP, dari Willis Re Indonesia menjelaskan, “Literasi aspek finansial dari perawatan kanker sangatlah penting agar dapat mengurangi dampak finansial secara negatif dari diagnosis maupun perawatan kanker ketika seseorang terkena penyakit tersebut.”

    Sementara itu Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Hematologi Onkologi Medik, dr. Ronald A. Hukom, SpPD-KHOM, MHSc, FINASIM mengatakan bahwa meski sudah ada layanan BPJS, namun masih ada data dari perusahaan asuransi kesehatan dan keprihatinan Menteri Kesehatan yang menyebutkanbahwa pasien dari Indonesia menghabiskan Rp161 triliun setiap tahun untuk berobat ke luar negeri. "Bila 3%-5?ri dana berobat ke luar negeri itu digunakan untuk membangun beberapa pusat pengobatan kanker di dalam negeri, dengan standar internasional seperti di Amerika, Australia atau Singapura, maka kita bisa mencegah triliunan rupiah dibawa pergi keluar negeri."

     Lebih lanjut dr. Ronald A. Hukom, SpPD-KHOM menjelaskan bahwa di Indonesia sudah lebih daripada mampu untuk membantu diagnosis maupun pengobatan pasien kanker. Selama pandemi Covid-19, banyak pasien Indonesia yang biasanya berobat ke luar negeri mengharuskan mereka untuk berobat di dalam negeri, yang menyadarkan bahwa beberapa rumah sakit di Indonesia juga sudah mampu untuk menangani pengobatan kanker dengan baik, sehingga pada akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pengobatan seterusnya di Indonesia.

    Seorang penyintas kanker, Ibu Elina Sukriyanto, berbagi kisah menjalankan perawatan kanker dengan pembiayaan yang didukung oleh asuransi swasta, “Saya mempelajari literasi keuangan untuk kesehatan sejak muda. Tanpa disangka, saya didiagnosis kanker, dan karena adanya dukungan pembiayaan dari asuransi, hal ini sangat membantu perjalanan pengobatan dan perawatan kanker saya, sehingga bisa mendapatkan akses terhadap perawatan terbaik yang tersedia dan kualitas hidup saya sebagai seorang pasien dan keluarga, tetap terjaga.”

    “Saya mengajak masyarakat mempertimbangkan persiapan finansial untuk kesehatan, sebagai bekal yang sangat bermanfaat ketika hal yang tidak diinginkan, seperti penyakit kritis kanker, terjadi pada diri kita.”

     

    Sekilas Yayasan Kanker Indonesia

     

    Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adalah organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya penanggulangan kanker. Tujuan YKI adalah mengupayakan penanggulangan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang promotif, preventif dan suportif. Menyadari bahwa penanggulangan kanker hanya mungkin berhasil bila dilakukan oleh semua pihak, maka YKI melaksanakan kegiatannya dengan bekerjasama dengan semua pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan dunia usaha baik di dalam maupun luar negeri. YKI memiliki lebih dari 100 cabang di seluruh Indonesia. Lebih lanjut mengenai YKI kunjungi http://yayasankankerindonesia.org/ dan IG @yayasankankerid.

     

    Untuk keterangan lebih lanjut hubungi

     

    YAYASAN KANKER INDONESIA

    Email:     humas.yki@gmail.com

                     ykipusat@gmail.com

     

     

    Tentang MSD Indonesia

     

    Selama lebih dari satu abad, MSD telah menciptakan penemuan yang berkontribusi untuk kehidupan banyak orang, memajukan obat-obatan dan vaksin untuk penyakit-penyakit yang paling berbahaya di dunia. Saat ini, MSD terus menjadi yang terdepan dalam penelitian untuk memberikan solusi kesehatan yang inovatif dan memajukan pencegahan dan pengobatan penyakit yang mengancam manusia dan hewan di seluruh dunia. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.msd-indonesia.com atau www.msd.com.

     

    -Selesai-

    22 Februari 2022 – JAKARTA, Yayasan Kanker Indonesia, PT MSD Indonesia dan Nasional Re menandatangani komitmen bersama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memiliki perencanaan keuangan untuk kesehatan, sebagai wujud upaya menutup kesenjangan dalam perawatan kanker. Komitmen ini diharapkan dapat memberikan dampak positif kepada akses pengobatan kanker yang inovatif di Indonesia.

    Foto pada cover : Kiri ke kanan: Mr. George Stylianou – Managing Director PT MSD Indonesia; Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP, Ketua Umum YKI; Achmad Sudiyar Spi, MBA, AAIK, AAK, AIIS, Direktur Utama Nasional Re.

     

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 90

    Insiden Terus Meningkat: Waspada dan Kenali Kanker Paru NSCLC EGFR (-)

    Posted on Mon, 29.11.2021

    Jakarta, 26 November 2021 – Dalam rangka bulan kesadaran kanker paru, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bekerjasama dengan perusahaan farmasi multinasional yang berfokus dalam penelitian dan pengembangan obat dan vaksin inovatif, Merck Sharp & Dohme (MSD), menyosialisasikan pentingnya kewaspadaan terhadap kanker paru bukan besar (NSCLC) EGFR (-).

    Kanker paru menjadi penyebab sekitar 11 persen atau 2.206.771 kasus baru kanker dan kematian akibat kanker nomor satu di dunia dan di Indonesia penyebab 8,8 persen atau 34.783 kasus baru (GLOBOCAN 2020)[i]. Dari kejadian kanker paru tersebut, lebih dari 80% merupakan tipe kanker paru Sel Bukan Kecil (non small cell lung cancer atau NSCLC)[ii] dan sekitar 40?ri NSCLC terjadi mutasi reseptor pertumbuhan epidermal (EGFR).[iii]

    Setelah ditemukan kanker paru, rata-rata kesintasan 5-tahunan atau prosentase pasien hidup sekurangnya lima tahun adalah sebesar 21%. Rata-rata kesintasan 5-tahunan untuk laki-laki sebesar 17%, sedangkan untuk wanita sebesar 24%. Adapun kesintasan 5-tahunan untuk NSCLC sebesar 25%, dibandingkan dengan 7% untuk kanker paru sel kecil.[iv] 

    Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan, “Sebanyak 80% pasien kanker paru datang sudah stadium lanjut, sehingga prosentase kesintasan menjadi lebih rendah.  Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan faktor risiko, gejala dan pertimbangan khusus pengobatan kanker paru. Maka, YKI berharap masyarakat melakukan pencegahan kanker dengan menerapkan pola hidup sehat, tidak merokok, dan melakukan deteksi dini kanker, sebab kanker yang ditemukan dalam stadium dini mudah diobati bahkan bisa sembuh.”

    George StylianouManaging Director MSD di Indonesia, mengatakan, “Kami senang dapat berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Indonesia, karena tantangan kanker paru tidak dapat dihadapi oleh hanya satu pemangku kepentingan saja. Itu sebabnya kami bekerja sama dengan pemerintah, organisasi pasien, tenaga kesehatan profesional, dan akademisi untuk menemukan solusi akses terhadap obat inovatif dan peluang untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit mengerikan ini.”

    “Di MSD, kami bekerja dengan urgensi untuk mengutamakan pasien dan memastikan obat kanker inovatif kami dapat diakses oleh pasien yang membutuhkan. Kita masing-masing didorong oleh visi bersama untuk memberi semua pasien kanker lebih banyak—lebih banyak cara untuk mengobati kanker mereka, lebih banyak kualitas dalam hidup mereka, lebih banyak waktu,” ujar George.

    Dr. Ralph Girson Ginarsa, SpPD-KHOM, spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi onkologi medik, menjelaskan bahwa terdapat beberapa subtipe NSCLC yaitu adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan sel besar karsinoma. Adenokarsinoma berawal dari sel-sel yang biasanya mengeluarkan zat seperti lendir dan biasanya ditemukan pada orang yang merokok atau yang dahulu perokok, namun juga ditemukan pada orang yang tidak merokok, umumnya ditemukan pada perempuan, dan cenderung pada orang yang lebih muda dibandingkan jenis kanker paru lainnya. Jenis ini ditemukan di bagian luar paru dan kemungkinannya ditemukan sebelum menyebar.

    Subtipe berikutnya adalah karsinoma sel skuamosa yang dimulai dari sel-sel skuamosa yang merupakan sel datar di dalam saluran udara paru. Penderita subtipe ini sangat erat kaitannya dengan kebiasaan merokok, dan cenderung ditemukan di bagian tengah paru di dekat saluran bronkus. Sedangkan subtipe sel besar karsinoma dapat ditemukan di bagian manapun di paru dan cenderung tumbuh dan berkembang dengan cepat sehingga lebih sulit untuk diobati. Ada satu subtipe sel besar karsinoma yang dikenal dengan sel besar karsinoma neuroendokrin, yang merupakan kanker yang tumbuh pesat dan serupa dengan kanker paru sel kecil.[v]

    Sementara itu, reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR) merupakan protein pada sel yang membantu pertumbuhannya.  Sebuah mutasi pada gen EGFR akan menyebabkannya tumbuh berlebihan sehingga menyebabkan kanker.  Jika EGFR negatif, artinya sel tumor pada kanker paru tidak memiliki mutasi EGFR.

    Lebih lanjut Dr. Ralph mengatakan, “Gejala pada kanker paru NSCLC maupun jenis kanker paru lainnya seringkali tidak nampak pada stadium awal, sebab seringkali kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC atau sebagai dampak dari kebiasaan merokok jangka panjang. Namun perlu diwaspadai  jika seseorang merasa letih, lesu, dengan penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, kondisi batuk yang semakin parah, dahak berdarah, suara serak, nafas pendek, dengan infeksi paru yang berulang disertaki demam, nyeri pada area dada, dan nafsu makan hilang.”

    Karena kebanyakan pasien datang dengan kanker paru pada stadium lanjut,  perlu diketahui faktor risiko kanker paru.  Merokok merupakan faktor risiko pertama kanker paru bersanding dengan jumlah rokok dan berapa lama kebiasan itu dilakukan. Perokok pasif termasuk yang terkena risiko.  Paparan karsinogen atau zat kimia penyebab kanker seperti radon, asbestos, residu gas batu bara, arsenik, juga merupakan faktor risiko kanker paru. Selain itu, kanker paru juga lebih banyak ditemukan pada mereka yang diatas usia 40 tahun.  Faktor keturunan juga merupakan faktor risiko. 

    “Bagi mereka diatas usia 55 tahun yang sering terpapar dengan faktor risiko tersebut, deteksi dini kanker paru dapat dilakukan dengan skrining tahunan melalui tes pencitraan. Jika diduga terdapat kanker paru, akan dilakukan scan CT, PET atau MRI, kemudian pengujian lendir, dan pengujian yang lebih lanjut lainnya,” jelas Dr. Ralph.

    Terdapat opsi perawatan untuk NSCLS berdasarkan tingkat stadium kanker paru, kesehatan pasien secara umum, fungsi paru dan juga jenis kanker yang ada. “Bagi perokok, harus segera berhenti dan biasanya akan menunjukkan hasil yang lebih baik,” ujar. Dr. Ralph.

    Dr. Ralph menjelaskan bahwa terdapat 3 metode utama terapi kanker paru, namun bergantung pada ukuran, cakupan, tipe kanker paru, dan kondisi kesehatan pasien secara umum.  Untuk jenis NSCLC pada stadium awal (stadium I) dimana kanker masih berada pada salah satu organ paru, terapi dilakukan dengan pembedahan dan dapat dilanjutkan dengan kemoterapi untuk mengurangi risiko kambuh.  Opsi lain setelah pembedahan dapat dilakukan terapi radiasi. 

    Pada stadium II, kelenjar getah bening yang terdapat kanker dan kanker yang ada diangkat, kemudian diikuti dengan kemoterapi, dan kemungkinan dengan imunoterapi.  Opsi lainnya juga dilakukan radiasi.

    Pada stadium IIIA, NSCLC telah berukuran lebih dari 7 cm atau telah mengena jaringan getah bening diantara dua organ paru, maka terapi dilakukan dengan radiasi, kemoterapi, dan atau pembedahan bergantung pada ukuran tumor, lokasi di paru, kesehatan pasien, serta daya tahan pasien.

    Pada stadium IIIB, NSCLC telah menyebar ke kelenjar getah bening pada paru lainnya atau pada leher maupun struktur lainnya di dada. Kanker ini tidak dapat diangkat hanya dengan pembedahan, namun dengan kemoradiasi.  Imunoterapi diberikan jika kanker dapat terkendali setelah 2 kali kemoradiasi. Pasien yang kurang sehat hanya diberikan radiasi saja atau kemoterapi saja.

    Pada stadium IV, kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain dan menjadi sulit untuk disembuhkan. Terapi paliatif diberikan dengan fokus pada pengurangan rasa nyeri seperti dengan terapi fotodinamik (PDT) atau terapi laser. Namun jika kondisi pasien kuat, pengobatan atau perawatan dengan pembedahan, kemoterapi, terapi target, imunoterapi, maupun radiasi.[vi]

    Menimbang panjangnya proses penyembuhan kanker paru NSCLC, Dr. Ralph menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan pencegahan kanker paru utamanya dengan berhenti merokok dan deteksi dini kanker paru, “Kanker dapat disembuhkan jika ditemukan dan segera dirawat oleh dokter pada stadium awal.  Selain itu, dibarengi dengan penerapan pola hidup sehat, makan makanan bergizi, tidak mengonsumsi alkohol, berolah raga secara teratur, cukup istirahat dan jauhi stress.” 

    Sekilas Yayasan Kanker Indonesia

    Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adalah organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya penanggulangan kanker. Tujuan YKI adalah mengupayakan penanggulangan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang promotif, preventif dan suportif. Menyadari bahwa penanggulangan kanker hanya mungkin berhasil bila dilakukan oleh semua pihak, maka YKI melaksanakan kegiatannya dengan bekerjasama dengan semua pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan dunia usaha baik di dalam maupun luar negeri. YKI memiliki lebih dari 100 cabang di seluruh Indonesia.  Lebih lanjut mengenai YKI kunjungi http://yayasankankerindonesia.org/ dan IG @yayasankankerid.

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 89

    Waspada Kanker Payudara Triple Negatif: Kanker Agresif yang Tumbuh Pesat

    Posted on Thu, 21.10.2021

    Jakarta, 21 Oktober 2021 – Dalam rangka bulan kesadaran kanker payudara, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bekerjasama dengan perusahaan farmasi multinasional yang berfokus dalam penelitian dan pengembangan obat dan vaksin inovatif, Merck Sharp & Dohme (MSD), menyosialisasikan pentingnya kewaspadaan terhadap kanker payudara subtipe tripel negatif (TNBC) yang dikenal lebih agresif dari jenis kanker payudara subtipe lainnya.

    Kewaspadaan terhadap penyakit kanker payudara secara umum menjadi sangat penting mengingat hasil riset The International Agency for Research on Cancer yang mengeluarkan Global Cancer Incidence, Mortality and Prevalence 2020 atau yang kita kenal dengan GLOBOCAN 2020 menunjukkan bahwa kejadian baru kanker payudara di seluruh dunia menempati urutan pertama dengan sekitar 2,3 juta kasus baru dan 680 ribu kematian, sementara di Indonesia menempati peringkat terbanyak dengan kasus baru mendekati 66 ribu dan tingkat kematian lebih dari 22 ribu jiwa pada 2020.

    Pada webinar ini, YKI dan MSD Indonesia mengangkat topik tentang kanker payudara tripel negatif sebagai jenis kanker agresif yang tumbuh dengan pesat, sebab negatif dari estrogen, progesteron, dan juga HER2. TNBC cenderung sudah menyebar saat ditemukan, dan kemungkinan muncul kembali setelah dirawat lebih tinggi dibandingkan jenis kanker payudara lainnya.[i] TNBC menjadi penyebab sekitar 10-20  persen kasus kanker payudara secara total dan menyerang wanita dibawah usia 40 tahun. Menurut sebuah penelitian pada 2014, kejadian TNBC menjadi terbesar kedua di Indonesia diantara tipe kanker payudara lainnya dengan persentase 25 persen.[ii]

    Berdasarkan data SEER* dari the American Cancer Society yang dikelola oleh the National Cancer Institute (NCI), secara keseluruhan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk kanker payudara triple negative adalah 77%, tetapi pasien kanker payudara triple negative stadium lanjut dengan metastasis jauh memiliki tingkat kelangsungan hidup 5 tahun yang jauh lebih rendah yaitu 12%.

    Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan, “Kanker payudara sebagai kanker dengan kejadian tertinggi di dunia dan di Indonesia perlu menjadi perhatian serius seluruh unsur masyarakat, hal ini karena pengobatan kanker, termasuk kanker payudara, pada stadium lanjut amatlah mahal dan sulit. YKI berharap masyarakat melakukan pencegahan kanker dengan menerapkan pola hidup sehat dan melakukan deteksi dini kanker, sebab kanker yang ditemukan dalam stadium dini mudah diobati bahkan bisa sembuh.”

    George Stylianou, Managing Director MSD di Indonesia, mengatakan: “Tingginya jumlah insiden menjadikan kanker payudara sebagai penyebab kematian utama pada kanker bagi perempuan di Indonesia, sehingga ada kebutuhan yang signifikan untuk rejimen pengobatan yang dapat membantu perempuan dengan kanker payudara metastatic triple-negative, sebuah penyakit ganas. MSD berkomitmen untuk mengevaluasi pendekatan pengobatan inovatif, yang didasarkan pada imunoterapi, di berbagai rangkaian dan stadium kanker payudara.” “Kami berharap kerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia dalam memperingati Hari Kanker Payudara Sedunia 2021 dapat meningkatkan kesadaran perempuan tentang penyakit ini. Kami mendorong para perempuan untuk rutin melakukan skrining yang disarankan, dan jika ditemukan kanker payudara, dapat melakukan perawatan medis sedini mungkin untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal,” tutup George.  

    Gejala TNBC serupa dengan jenis kanker payudara lainnya, seperti benjolan baru di payudara atau ketiak, penebalan atau pembengkakan pada bagian payudara, iritasi atau lesung pipit pada kulit payudara, kulit kemerahan atau bersisik di area puting atau payudara, puting tertarik ke dalam atau nyeri di area putting, keluarnya cairan dari puting selain ASI, termasuk darah, perubahan ukuran atau bentuk payudara, ataupun nyeri di setiap area payudara.[i]

    Meski kanker payudara triple negatif memiliki gejala yang serupa dengan jenis kanker payudara lainnya, Prof. DR. dr. Ami Ashariati, SpPD.-KHOM, menjelaskan, “Saat kanker payudara didiagnosis melalui tes pencitraan dan biopsi, sel-sel kanker akan diteliti untuk fitur tertentu. Jika sel-sel kanker tidak memiliki reseptor estrogen atau progesteron, dan juga tidak memproduksi protein HER2, maka kanker ini dikategorikan sebagai jenis kanker payudara tripel negatif. Kanker ini sangat agresif sebab tumbuh begitu cepat dan dapat tumbuh kembali meski setelah diobati.

    Lebih lanjut Prof.Ami menjelaskan bahwa modalitas pengobatan pada kanker payudara secara umum terdiri dari 3 hal pokok yaitu operasi, radiasi, dan terapi sistemik berupa kemoterapi, terapi hormonal, terapi target dan imunoterapi. Pemilihan modalitas pengobatan dengan mempertimbangkan banyak hal, tetapi ada 2 hal yang penting yaitu stadium dan subtipe kanker payudara, baru kemudian faktor lain seperti usia dan penyakit penyerta lainnya.

    Opsi pengobatan kanker payudara triple negative stadium aawal, local-lanjut atau metastasis pada prinsipnya sama dengan subtipe yang lain, akan tetapi masih sangat terbatas hasilnya karena mepunyai sifat tumbuh Kembali lebih cepat walaupun sudah diobati dengan benar.

    Pada Stadium awal dapat dilakukan prosedur operasi lumpektomi atau mastektomi dengan mengangkat juga kelenjar getah bening didekatnya untuk melihat apakah kanker telah menyebar. Setelah melakukan lumpektomi, biasanya diikuti dengan terapi radiasi; sedang bila setelah mastektomi akan dilakukan terapi radiasi bila didapatkan penyebaran ke kelenjar getah bening minimal 4 atau lebih. 

    “Dalam prosedur ini, tidak sedikit pasien yang melakukan rekonstruksi payudara bersamaan dengan mastektomi untuk tujuan estetika,” ujar Prof. Ami.

    Pada stadium metastatik atau telah menyebar ke organ lain seperti paru atau liver, atau otak, dilakukan terapi sistemik seperti kemoterapi.

    Prof. Ami menuturkan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi pengobatan, kini juga tersedia pengobatan kanker payuadara triple negative dengan imunoterapi yang memberikan harapan hidup lebih panjang.

     Lebih lanjut Prof. Ami menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan pencegahan kanker payudara dengan melakukan SADARI dan deteksi dini kanker payudara, “Sebab kanker dapat disembuhkan jika ditemukan pada stadium awal, dan segera berkonsultasi dengan dokter jika terdapat gejala. Selain itu, dibarengi dengan penerapan pola hidup sehat, makan makanan bergizi, berhenti merokok, tidak mengonsumsi alkohol, berolah raga secara teratur, dan jangan lupa menghindari stress dan cukup istirahat.” 

     

    DAFTAR PUSTAKA :

    [i]  American Cancer Society. 2021. Types of Breast Cancer/Triple Negative Breast Cancer. Diakses pada 28 September 2021 melalui https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/about/types-of-breast-cancer/triple-negative.html

     [ii] Universitas Gadjah Mada. 2019. Raih Doktor Usai Teliti Kanker Payudara Triple Negatif. Diakses pada 28 September 2021 melalui https://www.ugm.ac.id/id/berita/18429-raih-doktor-usai-teliti-kanker-payudara-triple-negatif

    [iii] Centers for Disease Control and Prevention. 2021. Breast Cancer: What are the symptoms of breast cancer? Diakses pada 28 September 2021 melalui https://www.cdc.gov/cancer/breast/basic_info/symptoms.htm

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 88

    Hentikan Merokok dan Jaga Berat Badan: Waspadai Kanker Ganas Renal Cell Carsinoma

    Posted on Tue, 07.09.2021

    Jakarta, 30 Agustus 2021 – Gaya hidup merupakan salah satu kunci kesehatan seseorang dari paparan penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular, seperti kanker ginjal.  Kanker ginjal masih jarang dibicarakan, dan Renal Cell Carsinoma (RCC) atau Karsinoma sel ginjal merupakan jenis kanker ginjal yang paling umum.

    Menurut data GLOBOCAN 2020, kejadian baru kanker ginjal di Indonesia sebanyak 2.394 kejadian baru dengan 1.358 kematian (57%) akibat kanker ginjal, sementara di dunia, terdapat 431.288 kasus baru dengan 179.368 (41%) kematian.  Berdasarkan data Survailans, Epidemiologi dan Hasil Akhir (SEER) dari the American Cancer Society yang dikelola oleh the National Cancer Institute (NCI), secara keseluruhan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk kanker ginjal adalah 75%, namun pasien kanker ginjal stadium lanjut dengan metastasis memiliki tingkat kelangsungan hidup 5 tahun jauh lebih rendah yaitu sebesar 13%.

    Anggota Bidang Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia (YKI) yang juga Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik, dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD-KHOM, mengatakan, “Kebanyakan RCC didiagnosis pada usia diatas 60 tahun dan ditemukan pada stadium awal, namun tidak sedikit pasien yang didiagnosis pertama kali dan sudah berada pada stadium dimana kanker ginjal telah mestastatik atau pada stadium lanjut, sehingga memerlukan perawatan yang seksama dan tepat agar kualitas hidup pasien dapat terus terjaga.”

    Nadia Mulansari menjelaskan bahwa RCC adalah sel ganas yang tumbuh pada tubulus ginjal. Sebagai jenis kanker yang agresif, RCC dapat menyebar ke organ lainnya seperti paru-paru, hati, dan otak, sehingga sangatlah penting untuk lebih peka dalam merasakan dan mengetahui tanda dan gejalanya sejak awal.

    Pada stadium dini, biasanya kanker ginjal tidak menimbulkan tanda atau gejala apapun dan diagnosis biasanya dicurigai berdasarkan temuan insidental, baik dengan CT, MRT ataupun biopsi. Namun pada stadium lanjut, pasien kemungkinan dapat merasakan gangguan seperti adanya darah dalam urin, urin berwarna kemerahan, nyeri punggung bawah di satu sisi meski tidak ada cedera, terdapat benjolan di samping atau punggung bawah, sering terasa lelah dan kehilangan selera makan, berat badan turun meski tidak melakukan diet, demam yang tidak kunjung sembuh meski tidak terdapat infeksi, serta kurangnya sel darah merah atau anemia. “Jika seseorang merasakan gejala-gejala tersebut, maka perlu untuk segera berkonsultasi dengan dokter,” ujar dr. Nadia Mulansari.

    Hentikan Merokok…

    Selain itu, masyarakat perlu mengetahui faktor risiko yang dapat berakibat terjadinya kanker ginjal.  Faktor risiko utama adalah kebiasaan merokok dan obesitas, disusul dengan faktor lainnya seperti tekanan darah tinggi, penyerapan cairan tidak mencukupi, jenis kelamin dimana laki-laki lebih mungkin terkena daripada perempuan, riwayat keluarga terkena kanker ginjal, paparan di tempat kerja, seperti lingkungan dengan bahan kimia tertentu, konsumsi alkohol dan obat penghilang rasa sakit dalam jangka waktu lama. 

    Namun demikian dr. Nadia Mulansari menjelaskan, “Faktor risiko terkena kanker hanya 5-10% yang diakibatkan oleh faktor genetika, sedangkan 90-95% lebih disebabkan oleh faktor  lingkungan, maka jika mau sehat, berhentilah merokok dan jagalah berat badan yang ideal, jagalah tekanan darah agar tidak tinggi, konsumsi makanan yang sehat seperti buah-buahan dan sayuran, dan  berolah ragalah secara teratur.”

    Pengobatan RCC meliputi pembedahan seperti nefrektomi atau pengangkatan tumor dari ginjal, dilanjutkan dengan terapi sistemik. Jika kedua ginjal sudah diangkat, maka pasien perlu menjalani cuci darah seumur hidupnya.  Dengan kemajuan pengobatan, kini pasien RCC dapat memanfaatkan pengobatan imunoterapi atau terapi biologis. Terapi lainnya meliputi terapi target dimana pengobatan ditargetkan hanya ke sel kanker saja sehingga efek terhadap sel sehat minimal.

     “Pilihan perawatan akan menyesuaikan dengan keadaan stadium RCC yang dialami pasien, hal ini agar kualitas hidup pasien dapat berlangsung baik,” ungkap dr. Nadia Mulansari.

    Nadia Mulansari mengingatkan kepada masyarakat untuk selalu mewaspadai jika terdapat gejala seperti BAB berdarah dan segera berkonsultasi dengan dokter untuk didiagnosis. “Jika dideksi dan dirawat sejak dini, maka kemungkinan pulih lebih besar,” jelasnya.

    Sekilas Yayasan Kanker Indonesia

    Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adalah organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya penanggulangan kanker. Tujuan YKI adalah mengupayakan penanggulangan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang promotif, preventif dan suportif. Menyadari bahwa penanggulangan kanker hanya mungkin berhasil bila dilakukan oleh semua pihak, maka YKI melaksanakan kegiatannya dengan bekerjasama dengan semua pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan dunia usaha baik di dalam maupun luar negeri. YKI memiliki lebih dari 100 cabang di seluruh Indonesia.  Lebih lanjut mengenai YKI kunjungi http://yayasankankerindonesia.org/ dan IG @yayasankankerid.

    Selengkapnya >>