Ayo bebaskan udara bumi kita dari asap rokok

Setiap tanggal 31 Mei,  World Health Organization (WHO) menghimbau penduduk bumi untuk membuat dunia bebas dari tembakau (juga produk olahan tembakau seperti rokok, cerutu, sugi/suntil dll) selama satu hari itu. Apakah mungkin dan adakah manfaatnya?

Perlu diketahui berbagai  kerusakan akibat  produk tembakau membutuhkan waktu yang panjang bahkan ada yang lebih dari 20 tahun baru terdeteksi. Kampanye satu hari bebas tembakau mungkin tidak akan dapat menurunkan secara langsung risiko kerusakan atau hal-hal negatif yang diakibatkannya. Namun, kampanye seperti ini perlu secara terus menerus dilakukan untuk membuktikan jika ada niat dan keinginan maka dunia bebas tembakau dapat terwujud karena “jika ternyata  sehari kita  bisa bebas dari asap rokok sebagai salah satu produk tembakau seharusnya setiap hari kita bebas dari asap rokok”. Terlebih, ada bukti lebih akurat yakni saat selama bulan Ramadhan, miliaran umat Islam yang perokok bisa bebas dari kebiasaannya mulai dari sahur hingga berbuka dengan hitungan rata-rata 12 jam. Secara medispun belum pernah ada laporan seorang perokok meninggal hanya karena tidak merokok.

Mengapa asap rokok perlu diperangi?

Dari sekian banyak produk tembakau maka rokok adalah yang paling nyata harus diperangi karena terbukti asap rokok tidak hanya merugikan bagi perokoknya (perokok aktif) tetapi juga bagi orang lain yang bukan perokok namun mendapat hadiah kebagian asap rokok tersebut (secondhand smoke = perokok pasif) dan bahkan orang lain terutama anak anak yang hanya kebagian menghirup partikel asap rokok yang menempel pada rambut, pakaian, sofa atau dinding rumah (thirdhand smoke).

Mengapa asap rokok perlu diperangi?

Asap rokok (tembakau) mengandung puluhan zat yang membahayakan kesehatan dan menjadi risiko untuk berbagai jenis penyakit (tobacco related diseases). Penyakit yang berkaitan dengan rokok antar lain kanker (paling tinggi kanker paru), penyakit paru obstruktif kronik (PPOK=COPD),  penyakit jantung, stroke, asma brokial,dan lainnya. Selain itu, alasan mengapa rokok harus diperangi adalah:

  1. Penelitian di Indonesia melaporkan dampak ekonomi bahkan pada keluarga miskin karena rokok menjadi salah satu pengeluaran biaya rumah tangga yang   cukup besar setelah pengeluaran untuk pangan dan non-pangan. Padahal, rokok tidak berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia.
  2. Pada generasi muda merokok dapat menjadi pintu gerbang untuk menjadi pengguna NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.

Mengapa merokok/paparan asap rokok menjadi faktor risiko kanker  ?

Karena asap rokok mengandung banyak bahan atau partikel yang dapat memicu terjadinya kanker (zat-zat karsinogen). Maka salah satu usaha untuk mencegah terjadinya kanker adalah dengan mengupayakan diri terbebas dari paparan asap rokok. Khusus untuk kanker paru, asap rokok memberikan dua hal yang menyebabkan terjadinya kanker: satu dari kandungan zat-zat karsinogen itu sendiri dan yang lain adalah iritasi asap rokok pada saluran napas yang terus-menerus memicu perubahan pertumbahan sel/jaringan yang tergerus oleh asap rokok. Penelitian membuktikan peningkatan risiko kanker paru pada perokok juga dipengaruhi ketebalan asap rokok (rokok kretek), frekuensi merokok, dan kedalaman isapan pada saat merokok.

Apa peran nikotin pada perilaku perokok ?

Kesadaran tentang dampak buruk asap rokok berbahan tembakau kian meningkat dan banyak alternatif usaha untuk dapat berhenti merokok. Sebagian dari kegagalan usaha berhenti merokok itu adalah akibat dari ketergantungan/adiksi yang disebabkan oleh nikotin yang ada dalam kandungan asap rokok. Kadar nikotin ini menjadi bahan dagang untuk berbagai merek rokok dengan mencantumkan bahwa “kadar nikotinnya lebih rendah."  Namun, hal tersebut merupakan "informasi yang tidak tepat dan bahkan membodohi” karena  justru hal itu menguntungkan secara bisnis. Perokok dengan tingkat ketergantungan tinggi akan mengkonsumsi rokok  lebih sering (dan membeli jumlah batang rokok lebih banyak) untuk memenuhi kadar nikotin yang rendah dalam sebatang rokok. Beberapa produk pengganti nikotin digunakan untuk terapi berhenti merokok (nicotine replacement therapy) dengan bentuk dan dosis yang bermacam-macam. Sayangnya, harganya lebih mahal dari rokok dan membutuhkan tenaga medis.

Bagaimana dengan rokok non-tembakau, apakah sama bahayanya?

Di Indonesia, rokok berbahan dasar utama tembakau dapat ditemukan dengan berbagai macam bentuk mulai dari yang tradisional rokok linting, rokok dengan pipa/cangklong, rokok kretek dan rokok putih (rokok yang menggunakan saos tembakau) dengan kemasan yang menarik. Namun seiring dengan meningkatnya keinginan masyarakat untuk terhindar dari berbagai penyakit akibat rokok dan dengan semakin gencarnya kampanye anti rokok yang ada justru dimanfaatkan pebisnis yang jeli dengan memunculkan berbagai alternatif. Berkaitan dengan keinginan untuk berhenti merokok dan padu padan dengan gaya hidup banyak perokok tembakau menggantikan produk mereka dengan e–cigarrete/VAPE dan shisha. 

Vape atau Rokok elektrik atau E-ciggarete

Vape menjadi salah satu alternatif pengganti yang dipilih oleh perokok tembakau. Tidak seperti rokok tembakau, Vape atau rokok elektrik memiliki berbagai pilihan rasa. Selain pemilihan rasa, produk tersebut juga menyediakan beragam  jenis alat pemanas untuk memanaskan cairan vape yang menggandung nikotin atau biasa dikenal dengan vaporizer (koil). Vaporizer ini tersedia dalam berbagai jenis, yaitu

  1. Berbentuk pen dengan bentuk terkecil dan bisa dibawa ke mana-mana. Vaporizer pen dapat menghasilkan uap dengan cara memanaskan cairan vape.
  2. Jenis portable dikenal dengan handheld vaporizer bentuknya lebih besar dibandingkan dengan vaporizer pen sehingga  bisa dibawa ke manapun, sama seperti vaporizer pen.
  3. Jenis dekstop bentuknya lebih besar dan tidak dapat dibawa ke mana-mana. Penggunaan rokok elekrik atau vape "sama berbahaya dan tidak lebih aman dari rokok tembakau"  karena sama-sama mengandung nikotin yang menyebabkan adiksi atau ketagihan. Penelitian menunjukkan meski kandungan zat berbahayanya tidak sama persis dengan rokok, namun terbukti bahwa Vape mempunyai kandungan berbahaya lain yang tidak ada pada rokok. Pengguna Vape dilaporkan berisiko terkena kanker sama seperti rokok. Analisa kandungan asap Vape ditemukan berbagai kadar benzene sebagai salah satu zat karsinogen pada Vape. Karena sama sama menhasilkan asap  yang menggandung nanoperatikel maka risiko yang sama untuk penyakit saluran napas seperti rokok biasa. Sama seperti asap rokok tembakau sebagian asap Vape menjadi jatah untuk bukan perokok yang ada di sekitar pengguna Vape.

Shisha atau waterpipe smoking

Secara tradisional masyarakat di berbagai wilayah asia timur seperti timur tengah telah menggunakan Shisha sejak lama, namun tampaknya mulai meluas ke belahan bumi lain termasuk Indonesia. Shisa dikenal dengan banyak nama seperti hookang, waterpipe smoking dan hubble smoking. Shisha terdiri dari water jar (kendi) tempat meletakan cairan yang dapat terdiri dari ekstrak tembakau dengan tambahan berbagai rasa buah seperti apel, mangga, dll. Untuk menghasilkan asap cairan itu dipanaskan atau dibakar dengan serbuk kayu, arang atau batu bara. Pemanasan cairan Shisha akan menghasilkan asap/uap. Asap akan dialirkan lewar pipa/tube yang dan pada ujung ada mouthpiece alar penghisap/alat sedot sehingga asap (yang dihasilkan bahan pembakar dan cairan) akan memenuhi mulut hinggu ke paru paru dan sebagian besar asap/uap menjadi bagian yang dihirup orang lain yang berada disekitar pengguna Shisha. Pada dasarnya Shisha sama seperti asap rokok juga mengandung nikotin, tar dan berbagai bahan toxic seperti yang ada pada asap rokok. Penelitian menunjukan Shisha juga menjadi faktor resiko kanker terutama kanker mulut dan kanker paru. 

 

KESIMPULAN.

Himbauan untuk perokok: Enyahkan asap rokok, menghisap/menghirup asap dari rokok tembakau, Vape (rokok elektrik) ataupun Shisha (waterpipe smoking) mempunyai risiko yang sama untuk terjadinya kanker. Adalah tidak benar Vape dan Shisha menjadi alternatif  yang aman sebagai pengganti rokok tembakau. Himbauan untuk bukan perokok: enyahkan asap rokok dengan berani melarang perokok menghembuskan asapnya di sekiitar kita untuk mengurangi resiko terkena kanker.

 

Daftar bacaan

http://www.lung.org/our-initiatives/tobacco/reports-resources/sotc/by-the-numbers/10-worst-diseases-smoking-causes.html

Chriswardani S, Ratna K, Ki Hariyadi. Konsumsi rokok rumah tangga miskin di Indonesia dan penyusunan agenda kebijakkannya. http://kebijakankesehatanindonesia.net/sites/default/files/makasar/Forum kebijakan Kes - Chris FKM UNDIP.pdf

Pankow JF, Kim K, McWhirter KJ, Luo W, , Escobedo JO, Strongin RM, et al. Benzene formation in electronic cigarettes.PLoS One. 2017 Mar 8;12(3):e0173055.

Canistro D, Vivarelli F, Cirillo S, Babot Marquillas C, Buschini A, Lazzaretti M, et al. E-cigarettes induce toxicological effects that can raise the cancer risk. Sci Rep. 2017 May 17;7(1):2028.

Mahboub B, Mohammad AB, Nahlé A, Vats M, Al Assaf O, Al-Zarooni H..Determination of Nicotine and Tar Levels in Various Dokha and Shisha Tobacco Products. J Anal Toxicol. 2018 May 10. doi: 10.1093/jat/bky029.

Alharbi F, Quadri MFA. Individual and Integrated Effects of Potential Risk Factors for Oral Squamous Cell Carcinoma: A Hospital-Based Case-Control Study in Jazan, Saudi Arabia. Asian Pac J Cancer Prev. 2018 Mar 27;19(3):791-6.

Awan KH, Siddiqi K, Patil Sh, Hussain QA. Assessing the Effect of Waterpipe Smoking on Cancer Outcome - a Systematic Review of Current Evidence. Asian Pac J Cancer Prev. 2017 Feb 1;18(2):495-502.

Jacob P 3rd, Abu Raddaha AH, Dempsey D, Havel C, Peng M, Yu L, Benowitz NL.Comparison of nicotine and carcinogen exposure with water pipe and cigarette smoking. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev. 2013 May;22(5):765-72

Kozlowski LT.Origins in the USA in the 1980s of the warning that smokeless tobacco is not a safe alternative to cigarettes: a historical, documents-based assessment with implications for comparative warnings on less harmful tobacco/nicotine products. Harm Reduct J. 2018 Apr 16;15(1):21

 

Sumber Artikel :

dr. Elisna Syahruddin, PhD, Sp.P (K) 

* Pengurus Pusat Yayasan kanker Indonesia       

* Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia- Rumah Sakit Persahabatan Rujukan Nasional Repirasi