YKI Pusat Jalan Sam Ratulangi no 35, Menteng, Jakarta

Hotline Donasi: (021) 3152603 | Apotek : (021) 3920568 | Sekretariat: (021) 3152603

Donasi Berikan bantuan untuk saudara kita sekarang

Artikel dan Berita

  • Artikel Image 63

    Bisakah Mencegah Risiko Kanker Otak?

    Posted on Fri, 12.07.2019

    Kanker otak disebabkan oleh pertumbuhan abnormal sel di bagian otak yang merusak jaringan otak tempatnya berada. Kondisi pertumbuhan sel yang abnormal tersebut awalnya menyebabkan tumor otak. Namun, tidak semua tumor bersifat kanker dan berujung pada kanker otak.

    Lalu, apa sebenarnya yang dapat memicu pertumbuhan abnormal sel pada otak sehingga menyebabkan tumor atau kanker otak?

    Faktor pemicu tumbuhnya tumor atau kanker otak

    Penyebab pasti mengapa tumor dan segala jenis kanker—termasuk tumor dan kanker yang tumbuh di otak— masih belum dapat diketahui secara pasti. Meski begitu, ada sejumlah faktor yang memengaruhi munculnya tumor atau kanker otak pada seseorang, yakni faktor genetik atau keturunan, adanya paparan zat beracun dari lingkungan sekitar, radiasi yang menyerang kepala (otak), mengidap HIV dan memiliki kebiasaan buruk merokok.

    Jenis tumor dan kanker otak

    Kanker otak terbagi menjadi dua berdasarkan asal mula pertumbuhan sel kanker.

    • Kanker otak utama, disebabkan oleh munculnya salah satu sel dalam otak yang tumbuh tidak wajar, membentuk tumor ganas lalu bertransformasi menjadi sel kanker. Sel kanker ini yang kemudian merusak jaringan, sel saraf, selaput pelindung otak atau saraf tulang belakang.
    • Kanker otak metastasis, atau kanker otak sekunder, merupakan kanker otak yang disebabkan oleh tumbuhnya sel tumor atau sel kanker dari bagian lain dalam tubuh yang menyebar ke otak (melalui proses yang disebut metastasis). Sel-sel kanker tersebut bisa berasal dari bagian payudara (kanker payudara), usus (kanker kolorektal), ginjal (kanker ginjal), paru-paru (kanker paru) atau kulit (kanker melanoma). Penyebaran sel kanker inilah yang kebanyakan menjadi penyebab kanker otak.

    Ciri dan gejala tumor/kanker otak

    Tumor dan kanker otak ditandai dengan gejala yang berbeda-beda, bergantung pada ukuran, letak dan kecepatan tumbuh sel kanker itu sendiri. Biasanya, gejala awal yang dapat dirasakan adalah munculnya rasa sakit kepala yang kian lama semakin bertambah sering dan bertambah parah, timbul rasa mual dan muntah dengan tiba-tiba, tubuh menjadi lemas dan tidak seimbang, muncul kejang, sering hilang fokus, susah berkonsentrasi, hingga muncul masalah pada penglihatan.

    Jika terus menerus merasakan gejala yang telah disebutkan di atas, periksakan kondisi ke dokter untuk mengetahui ada tidaknya risiko kanker. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan tindakan CT Scan atau pemindaian otak.

    Bisakah menekan risiko terserang kanker otak?

    Umumnya, pencegahan terhadap penyakit kanker dapat dilakukan dengan cara mengubah gaya hidup seperti menjaga berat badan normal atau berhenti merokok. Namun, belum diketahui perubahan gaya hidup seperti apa yang bisa mencegah atau menekan risiko seseorang terhadap tumor/kanker otak, kecuali:

    • Menghindari paparan terhadap pestisida dan insektida
    • Menghindari paparan zat kimia berbahaya yang bersifat karsinogen (pemicu kanker)
    •  <!--[endif]-->Menghindari paparan radiasi terutama pada bagian kepala

    Untuk mencegah munculnya risiko kanker lain yang bisa menyebar dan memicu timbulnya kanker otak, hindari pula kebiasaan merokok atau terpapar asap rokok.

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 62

    Apa Gejala Kanker Tulang?

    Posted on Thu, 13.06.2019

    Kanker tulang bermula dari munculnya sel kanker yang merusak jaringan tulang dalam tubuh. Meski diketahui sebagai jenis kanker yang langka bila dibandingkan dengan jenis kanker lainnya (yakni hanya 1%), kanker tulang merupakan kanker yang paling banyak menyerang anak-anak dan remaja usia 10-19 tahun.

    Kanker tulang dapat menyerang jaringan tulang mana saja di seluruh tubuh, contohnya pada tulang padat, tulang rawan (kartilago), jaringan serat dan jaringan dalam sumsum tulang. Berdasarkan munculnya sel kanker, kanker tulang terbagi menjadi empat jenis yaitu:

    • Osteosarcoma

    Sel kanker jenis ini berawal dari jaringan osteoid pada tulang, sering terjadi pada lutut dan lengan atas. Anak-anak dan remaja usia 10 dan 19 tahun memiliki risiko lebih tinggi terhadap kanker tulang jenis ini.

    • Chondrosarcoma

    Sel kanker jenis ini berasal dari jaringan tulang rawan dan sering terjadi di bagian panggul, paha atas dan bahu. Kanker tulang Chondrosarcoma umumnya menyerang orang dewasa di atas 40 tahun.

    • Ewing Sarkoma

    Sel kanker terdapat dalam jaringan lunak (otot, lemak, jaringan fibrosa, pembuluh darah atau jaringan pendukung lainnya). Sarkoma ewing ini paling sering terjadi di bagian tulang punggung, panggul, tulang kaki dan lengan. Sel tumor atau kanker ini kerap menyebar ke bagian lain tubuh, termasuk paru-paru.

    • Chordoma

    Chordoma merupakan jenis kanker tulang yang langka, biasanya muncul di tulang punggung. Kanker tulang jenis ini biasanya menyerang orang dewasa di bagian sacrum (tulang punggung), di pangkal tengkorak,

    Gejala bila terserang kanker tulang

    Umumnya, kanker tulang menimbulkan gejala awal berupa nyeri di bagian tulang. Selain itu, muncul pembengkakan di bagian kulit lengan, dada atau pinggul disertai dengan demam. Kondisi tersebut juga bisa memicu risiko patah tulang dan penurunan berat badan yang mendadak.

    Bila Anda mendapati anak atau anggota keluarga yang mengalami keluhan di atas, periksakan segera kondisinya ke dokter. Tindakan yang dapat diberikan untuk memeriksa apakah seseorang benar atau tidak menderita kanker tulang biasanya beragam, bergantung pada gejala klinis yang dirasakan. 

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 61

    Hati-Hati Ancaman Kanker Kolorektal di Indonesia

    Posted on Thu, 13.06.2019

    Kanker kolorektal atau yang lebih dikenal sebagai kanker usus besar merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak ditemui di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia WHO tahun 2014, prevalensi penyakit kanker kolorektal di Indonesia mencapai urutan kedua terbanyak pada laki-laki setelah kanker paru-paru. Mengingat begitu tingginya prevalensi kanker kolorektal di negara ini, apa saja sih, yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker tersebut?

    Mengenal penyebab kanker usus besar (kolorektal)

    Kanker kolorektal merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar (colon) atau dubur (rectal), yaitu bagian akhir dari sistem pencernaan. Kanker ini biasanya menyerang orang dewasa  dan lanjut usia, namun tidak berarti kanker ini tidak bisa dialami mereka yang masih muda.

    Kanker kolorektal bisa dipicu oleh faktor genetik atau keturunan yang menyebabkan pertumbuhan tidak normal pada sel-sel tubuh (mutasi sel). Sel yang bermutasi tersebut kemudian membentuk tumor dan merusak jaringan di sekitarnya. Sel kanker juga dapat berpindah dan menyerang bagian tubuh lainnya (metastasis).

    Selain faktor genetik, penyebab kanker kolorektal juga dapat berasal dari faktor luar. Menurut Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD, KHOM, FACP, kanker kolorektal merupakan kanker yang paling dipengaruhi oleh faktor lingkungan, termasuk di antaranya pola makan dan gaya hidup. Zat-zat penyebab kanker atau karsinogen masuk ke dalam saluran cerna hingga usus besar bersamaan dengan makanan yang kita konsumsi setiap harinya. Begitu pula jika kita memiliki kebiasaan atau gaya hidup yang buruk.

    Ada beberapa faktor risiko terkait pola makan dan gaya hidup yang dapat memicu munculnya kanker kolorektal, yaitu:

    • Makan secara berlebihan hingga menyebabkan obesitas – Berat badan berlebih atau obesitas meningkatkan risiko kanker kolorektal karena tersimpannya lemak berlebih.

    • Jarang mengonsumsi makanan tinggi serat – Diet atau pola makan rendah serat membuat makanan jadi tersimpan lebih lama di dalam tubuh. Zat karsinogen dalam makanan bisa memicu sel-sel di sekitar usus dan memicu kanker.

    • Kerap mengonsumsi daging olahan – Konsumsi daging olahan (yang dimasak melalui proses pengawetan, fermentasi, pengasapan atau proses lain dengan tujuan untuk memperpanjang daya tahan) seperti sosis, kornet, daging ham secara berlebihan turut memicu risiko kanker kolorektal pada seseorang. Bahkan, WHO memperingatkan bahwa daging yang dimasak dengan temperatur atau panas terlalu tinggi dapat memunculkan senyawa berbahaya yang karsinogenik.

    • Memiliki kebiasaan buruk merokok dan minum minuman beralkohol.

    • Memiliki gaya hidup sedentari atau malas bergerak.

    Mencegah risiko kanker kolorektal

    Untuk mencegah terjadinya kanker kolorektal, terapkan gaya hidup sehat dengan membiasakan diri berolahraga, mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayuran, juga hindari konsumsi makanan berlemak dan stop kebiasaan merokok. Selain itu, Anda juga bisa melakukan deteksi dini untuk mengetahui risiko kanker, juga untuk menghindari kemungkinan kanker bertambah parah hingga stadium lanjut. Deteksi dini kanker kolorektal bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pemeriksaan rektal dengan jari, pemeriksaan darah atau DNA dalam tinja, endoskopi, pemeriksaan rontgen, atau CT scan.

     

     

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 55

    Yuk Sumbangkan Rambut Kamu untuk Penderita Kanker!

    Posted on Tue, 19.03.2019

    Obat-obatan dan operasi bukan satu-satunya cara untuk membantu menyembuhkan pasien kanker. Dukungan dan motivasi dari lingkungan sekitar pun turut berperan penting dalam proses penyembuhan kanker, khususnya bagi mereka yang mengalami kebotakan setelah menjalani beragam pengobatan.

    Bersama Yayasan Kanker Indonesia, mari turut serta dalam gerakan Hair to Share dengan cara menyumbangkan rambut kamu. Rambut yang kamu donasikan nantinya akan dikumpulkan dan dikirim ke pembuat wig, untuk kemudian disumbangkan ke para pasien tidak mampu yang mengalami kebotakan akibat pengobatan kanker.

     

    Syarat dan ketentuan:

    • Rambut sehat dan tidak dicat.
    • Rambut dalam kondisi bersih dan kering.
    • Rambut diikat karet dengan ketat supaya tidak lepas.
    • Pisah menjadi dua ekor kuda.
    • Gunting di atas ikatan karet dengan hasil guntingan bagian terpendek mencapai minimal 25 cm.
    • Guntingan rambut dimasukkan ke dalam kantong plastik zip lock dan dikirim ke Yayasan Kanker Indonesia, Jalan Dr. GSSJ Ratulangi No.35, RT.2/RW.3, Gondangdia, Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
    • Cantumkan nama dan nomor HP. Kamu akan menerima sertifikat ucapan terima kasih dari Yayasan Kanker Indonesia setelah potongan rambut diterima.

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 52

    Mengenal Kanker Pankreas dan Penyebabnya

    Posted on Mon, 12.11.2018

    Kanker pankreas dimulai saat sel abnormal kanker muncul di jaringan pankreas—organ yang terletak melintang di perut  bagian bawah. Pankreas berfungsi untuk memproduksi enzim pencernaan dan hormon untuk mengatur kadar gula darah dalam tubuh.

    Penyakit kanker pankreas kerap menyerang mereka yang berusia 50 tahun atau lebih. Menurut data dari American Cancer Society, prevalensi penyakit kanker pankreas di Amerika sendiri mencapai 55.400 orang dan menyumbang 7% dari seluruh kasus kematian akibat kanker.

    Meski penyakit ini kerap dialami orang yang telah berusia lanjut, mereka yang memiliki sejumlah faktor risiko berikut juga dapat terserang kanker pankreas di segala usia:

    • Memiliki kebiasaan merokok

    Risiko terserang kanker pankreas dua kali lebih besar jika Anda adalah seorang perokok. Menurut data American Cancer Society, 20-30% dari total kasus kanker pankreas disebabkan oleh kandungan berbahaya yang masuk ke dalam tubuh perokok.

    • Obesitas atau kelebihan berat badan

    Kondisi kelebihan berat badan atau kondisi obesitas juga bisa memicu munculnya kanker pankreas. Menurut hasil studi yang dilakukan oleh ilmuwan dari Imperial College London dan University of Leeds, orang dengan BMI tinggi atau menderita obesitas memiliki risiko 70% lebih tinggi terhadap kanker pankreas.

    • Diabetes mellitus/penyakit gula yang tidak terkontrol dengan baik

    Diabetes merupakan penyakit yang semakin banyak diidap masyarakat Indonesia, juga menjadi faktor risiko penyebab kanker pankreas.

    Selain ketiga faktor tersebut, berikut adalah faktor risiko terserang kanker pankreas yang tidak dapat diubah:

    • Memiliki riwayat kanker pankreas di keluarga

    Faktor risiko berupa kondisi genetik, di mana terdapat riwayat keluarga yang juga pernah menderita kanker pankreas juga bisa memicu munculnya sel kanker di pankreas.

    • Usia

    Risiko terkena kanker pankreas semakin tinggi saat seseorang bertambah tua. Umumnya, penderita kanker pankreas adalah mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, sementara dua-pertiganya berusia 50 tahun.

    • Jenis kelamin pria

    Pria memiliki kecenderungan terserang kanker pankreas lebih tinggi dibanding wanita. Faktor ini dilihat dari kecenderuangan pria yang lebih sering merokok dibanding wanita.

    Gejala kanker pankreas seringkali tidak terdeteksi dan baru terasa saat stadium lanjut. Saat sel kanker sudah semakin membesar dan akhirnya menimbulkan gejala, sel kanker akan menginfeksi bagian tubuh lain.

    Gejala kanker pankreas:

    • Penyakit kuning. Sel kanker dalam pankreas menghambat saluran yang mengalirkan cairan empedu ke usus. Karenanya, cairan dalam saluran empedu berkumpul di darah. Kondisi ini akan menyebabkan kulit terlihat berwarna kuning.
    • Nyeri perut
    • Sakit punggung
    • Perut kembung
    • Mual & muntah
    • Nafsu makan berkurang dan berat badan turun

     Agar tidak sampai menderita kanker pankreas, Anda dapat melakukan pencegahan dengan cara menghindari kebiasaan merokok, menjaga berat badan dan menerapkan pola makan sehat dengan nutrisi seimbang. Bagi penderita diabetes,  sangat dianjurkan untuk menjaga kadar gula darah tetap terkontrol agar tidak memperparah risiko terserang kanker pankreas.

     

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 41

    Peresmian Rumah Singgah YKI untuk Para Penderita Kanker

    Posted on Fri, 28.09.2018

    Pasien penyakit kanker membutuhkan perawatan khusus yang mumpuni. Namun seringkali, mereka yang menderita kanker tinggal di daerah-daerah dengan beragam keterbatasan, termasuk fasiltasitas kesehatan yang belum memadai untuk mengobati kanker yang diderita.

    Berdasarkan hal tersebut, Yayasan Kanker Indonesia  (YKI) pada Sabtu, 8 September 2018 membangun dan meresmikan sebuah Rumah Singgah untuk penderita kanker yang terletak di Jalan Lebak Bulus Tengah, Cilandak Jakarta Selatan. 

    Peresmian rumah singgah yang diberi nama Sasana Marsudi Husada ini dilakukan oleh Ibu Karlinah Umar Wirahadikusumah dan disaksikan segenap pengurus YKI, serta perwakilan Kementerian Kesehatan RI, instansi pemerintah dan swasta terkait lainnya. Ketua Umum YKI Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP dalam sambutannya menyampaikan, “Kami sangat bahagia dengan diresmikannya rumah singgah Sasana Marsudi Husada YKI, yang baru saja selesai pemugarannya sejak berdiri 35 tahun lalu. Keberadaan rumah singgah Sasana Marsudi Husada sedari awal merupakan upaya mewujudkan misi Yayasan Kanker Indonesia sebagai tempat tinggal sementara bagi pasien kanker dari luar kota yang sedang menjalani pengobatan di Jakarta karena belum lengkapnya fasilitas pengobatan yang tersedia di daerahnya, sebagai tempat penginapan yang layak dan murah bagi pasien yang sebagian besar tidak mampu.”

    Sementara itu Ketua Tim Pembangunan Prof. dr. Abdul Muthalib, SpPD, KHOM mengatakan, “YKI berterima kasih kepada masyarakat dan segenap pihak yang telah ikhlas sebagai donatur pembangunan rumah singgah Sasana Marsudi Husada, sehingga lebih banyak pasien kanker yang dapat kita bantu bersama.”

    Rumah singgah Sasana Marsudi Husada terdiri dari 3 lantai.  Lantai pertama terdiri atas 10 kamar standard an 4 kamar VIP; lantai 2 terdiri atas 4 kamar untuk paliatif serta aula berkapasitas 100 orang yang dapat dibagi menjadi 3 ruang kelas untuk pendidikan dan pelatihan; dan lantai 3 berupa aula tempat pertemuan berkapasitas 100 orang sebagai ruang pertemuan dan pelatihan.

    Selain sebagai rumah singgah, Sasana Marsudi Husada YKI juga digunakan untuk melakukan upaya preventif promotif dan suportif penyakit kanker. “Harapan kami, gedung Sasana Marsudi Husada baru dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat khususnya pasien-pasien kanker yang membutuhkan dan dapat membantu pemerintah dalam upaya menanggulangi masalah kanker di Indonesia,” Prof. Aru Sudoyo menyimpulkan.

    Sekilas Perjalanan Pembangunan Kembali Sasana Marsudi Husada

    Rumah singgah Sasana Marsudi Husada (SMH) pertama diresmikan pada tanggal 12 Mei 1982 dengan 16 kamar berkapasitas 34 tempat tidur, dengan biaya Rp 30.000,-/orang/hari termasuk 3x makan, 2x snack dan transportasi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pulang pergi dengan didampingi seorang perawat.

    Rata-rata seorang pasien tinggal di SMH selama 4-5 bulan sebelum akhirnya kembali ke daerahnya untuk melanjutnya pemeriksaan rutin.  Sebagian besar pasien berasal dari keluarga kurang bahkan tidak mampu sehingga tidak dapat membayar biaya penginapan. Tidak jarang YKI harus mencarikan donatur untuk biaya transportasi pasien dan pendampingnya kembali ke daerah asalnya.  YKI senantiasa berterima kasih kepada para donatur yang rutin membantu dengan ikhlas sejak SMH berdiri.

    Sejak berdiri hingga tahun 2012, tidak pernah ada pekerjaan perbaikan yang berarti, sehingga bangunan SMH semakin lapuk dimakan usia. Pada tanggal 2 Maret 2012 dibentuklah Tim Asistensi yang bertugas  membantu Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia mengelola Unit Pelaksana Teknis Yayasan Kanker  Indonesia yaitu Pusat Diagnostik Dini  yang sekarang bernama Klinik Utama Yayasan Kanker Indonesia dan Sasana Marsudi Husada.

    Sejak Pembentukan Tim Pembangunan Sasana Marsudi Husada pada tanggal 11 Desember 2016, kerja pembangunan dimulai dengan acara Peletakkan Batu Pertama pada tanggal 25 Februari 2017.  Berkat bantuan para donatur, YKI berani merubuhkan gedung lama untuk membangun gedung baru berlantai tiga, akhirnya pembangunan selesai dalam waktu 1 tahun 5 bulan dan diresmikan pada 8 September 2018. 

    Dengan diresmikannya Rumah Singgah Sasana Marsudi Husada, Yayasan Kanker Indonesia ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada para donatur PT. Indomarco Prismatama, PT. Matahari Putra Prima, PT. Arkonin, PT. Arwana, PT. Surya Pertiwi, PT. Jotun Indonesia, PT. Indocement Indonesia, YKI cabang DKI Jakarta serta kepada Ir. Miming Kartawinata yang sudah membantu kami sejak perencanaan awal menggambar design gedung, serta pada donatur-donatur lainnya.

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 40

    Melawan Keganasan Kanker Prostat

    Posted on Tue, 25.09.2018

    Kanker prostat merupakan salah satu kanker mematikan di dunia. Di Indonesia sendiri, kanker ini menempati peringkat keenam sebagai jenis kanker paling mematikan setelah kanker payudara, kanker paru-paru, kanker usus besar, kanker mulut rahim, dan kanker hati.  Tidak hanya itu, kanker ini diketahui pula sebagai kanker ketiga yang paling sering diderita laki-laki di Indonesia, di mana satu di antara 10 orang pria terutama yang berusia lanjut menderita kanker ini. Di Australia, prevalensi penyakit kanker prostat lebih tinggi dibanding kanker payudara. Tercatat, ada lebih dari 3000 pria Australia yang meninggal setiap tahunnya akibat kanker ini. Angka tersebut menjadikan Australia sebagai negara dengan angka mortalitas akibat kanker prostat tertinggi di dunia.

    Mengingat begitu besarnya angka mortalitas yang disebabkan oleh kanker prostat, sebenarnya adakah cara untuk melawan keganasan kanker ini?

    Mengenal kanker prostat yang susah dideteksi

    Kanker prostat disebabkan oleh tumbuhnya sel abnormal di bagian kelenjar prostat pria, kelenjar pada sistem reproduksi yang terletak di bawah kantung kemih. Sel abnormal dapat berkembang dengan cepat dan tidak terkontrol sehingga menyebabkan tumor ganas dan bersifat kanker. Kanker prostat didefinisikan sebagai kanker mematikan karena penyakit ini seringnya muncul tak terdeteksi—tidak ada gejala yang dirasakan di awal kemunculan sel kanker namun baru dirasakan setelah stadium lanjut. Gejala-gejala yang dapat dirasakan pada penderita kanker prostat adalah:

    • Sering merasakan keinginan untuk buang air kecil secara tiba-tiba
    • Merasakan susah dan tidak nyaman saat buang air kecil
    • Terdapat darah dalam urin atau semen
    • Nyeri di belakang pinggang atau pangkal paha

    Karena gejala penyakit kanker prostat jarang dirasakan di stadium awal, maka pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan deteksi dini (dengan cara memeriksa kadar PSA—Prostate Specific Antigen bagi pria di atas 50 tahun) dan mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi munculnya kanker ini.

    Faktor pemicu kanker prostat:

    1. Faktor genetik

    Jika seorang pria memiliki gen keturunan dari keluarga yang pernah menderita kanker, hal tersebut dapat meningkatkan risikonya terserang kanker prostat di kemudian hari.

    2.    Riwayat keluarga

    Risiko kanker prostat meningkat jika seorang pria memiliki ayah atau saudara kandung yang pernah mengalami kanker prostat.

    3. Usia

    Risiko munculnya kanker prostat meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Di usia 75 tahun, peluang kanker meningkat sebanyak 1:7 pria.

    4. Pola makan

    Pola makan buruk seperti sering mengonsumsi daging olahan atau makanan dengan kandungan tinggi lemak dapat meningkatkan risiko terserang kanker prostat.

    5. Gaya hidup

    Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok atau jarang berolahraga juga menjadi faktor pemicu munculnya kanker prostat.

    Dengan mengetahui faktor-faktor pemicu kanker prostat, seseorang dapat mencegah munculnya kanker dengan menjaga kesehatan fisik sehingga pengaruh dari faktor genetik pun dapat dilawan. Jagalah kesehatan dengan rutin berolahraga, rajin mengonsumsi makanan bernutrisi dan menghindari konsumsi makanan berlemak, juga menghindari kebiasaan buruk merokok atau minum minuman beralkohol.

     

     

    Source:

    Christina Chun, MPH. 2017. Medical News Today: Prostate Cancer in Detail. https://www.medicalnewstoday.com/articles/150086.php

    Prostate Cancer Foundation of Australia. What You Need to Know about Prostate Cancer. http://www.prostate.org.au/awareness/general-information/what-you-need-to-know-about-prostate-cancer/

    Selengkapnya >>
  • Artikel Image 36

    Perawatan Paliatif untuk Penderita Kanker

    Posted on Mon, 10.09.2018

    Prevalensi penyakit kanker khususnya di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dari 240 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 240.000 penderita kanker baru tiap tahunnya. Meski pengobatan penyakit kanker sudah berkembang dengan baik, kebanyakan kasus kanker baru ditemukan setelah mencapai stadium akhir. Selain itu, para penderita kanker selalu dibayangi ketakutan bahwa kanker akan berujung pada penderitaan dan kematian. Padahal, ada harapan bagi setiap penderita kanker untuk bertahan dan menghindari sakit akibat kanker.

    Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Yayasan Kanker Indonesia bekerjasama dengan ROICAM (The Role of Internist in Cancer Management) menyelenggarakan suatu talkshow bertema: Doctor-Patients Communication in Palliative Cancer Care, Jumat 24 Agustus 2018 di Hotel Borobudur, Jakarta. Perawatan paliatif merupakan salah satu cara merawat penderita kanker yang belum banyak dikenal masyarakat. Berasal dari kata palliate yang artinya mengurangi keparahan tanpa menghilangkan penyebab, perawatan paliatif ini diberikan pada penderita kanker untuk membantu meringankan penderitaan mereka akibat kanker yang diderita.

    Pelaksanaan perawatan paliatif berbeda dari perawatan kanker lain pada umumnya. Perawatan paliatif bukanlah suatu pengobatan untuk menyembuhkan namun meringankan penderitaan pasien kanker sebelum, saat dan setelah terapi.  Dalam perawatan ini, pasien kanker tidak lagi merasakan nyeri dan diupayakan tidak ada lagi tindakan invasif yang dapat menyakiti pasien.

    Menurut Penanggungjawab Program Paliatif Yayasan Kanker Indonesia Pusat dr. Siti Anissa Nuhonni, SpKFR(K), komunikasi merupakan kunci dari perawatan kanker ini, di mana penderita kanker akan ditangani melalui metode pendekatan terapeutik. Ini karena psikologis para penderita kanker –khususnya yang sudah mencapai stadium terminal- cenderung berubah negatif. Selain itu, ketiadaan support atau dukungan moril juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan psikologis penderita kanker.

    Perawatan ini pula, menurut Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof.DR.Dr. Aru Wicaksono Sudoyo, Sp.PD,KHOM,FINASM,FACP, dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga yang berhadapan langsung dengan penyakit tersebut, baik secara fisik, psikososial maupun spiritual. Dengan begitu, diharapkan angka kesembuhan dan harapan hidup pasien kanker dapat lebih baik.

    Yayasan Kanker Indonesia telah mengadakan perawatan paliatif di rumah sejak tahun 1995 yang berlokasi di Yayasan Kanker Indonesia Lebak Bulus, Jakarta. Di sana, YKI memiliki potensi sumber daya manusia dan memiliki hubungan baik dengan organisasi profesi kesehatan untuk memberikan program pelatihan perawatan paliatif kepada pasien kanker perawatan di rumah. Pengembangan program pun terus dilakukan, sehingga sepanjang tahun 2017-2018, YKI telah melaksanakan kegiatan pelatihan di beberapa cabang YKI di kota Kupang, Palembang, Makassar, Bandung dan Jakarta.

    Selengkapnya >>