• PT Takeda Indonesia berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Indonesia ikut serta dalam memperingati Bulan Kesadaran Kanker Paru dengan mengadakan kegiatan media edukasi yang membahas pentingnya diagnosis yang tepat untuk pasien kanker paru.
  • Berdasarkan data dari Globocan 2020, di Indonesia terdapat 34.783 pasien baru kanker paru setiap tahunnya. Kanker Paru merupakan urutan ketiga kanker terbanyak (8.8%) dan urutan pertama kanker penyebab kematian (13.2%) sebanyak 30.843 jumlah kematian.
  • Berdasarkan hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta, kanker paru merupakan kasus kanker terbanyak pada laki-laki
  • Berdasarkan data hasil pemeriksaan di laboratorium Patologi Anatomi RSUP Persahabatan, lebih dari 50 persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa adalah kasus kanker paru.
  • Gejala Kanker Paru dapat berupa batuk yang persisten, darah pada mucus, bernapas pendek, nyeri di area dada, kelelahan yang berlebihan, dan penurunan bobot badan yang tidak dapat dijelaskan.
  • Penegakan diagnosis Kanker Paru dilakukan dengan pemeriksaan biomarker (penanda biologis) yang meliputi pemeriksaan ALK, EGFR, ROS1, MET, BRAF, NTRK.
  • PT Takeda Indonesia berkomitmen untuk menyediakan akses terhadap terapi inovatif bagi para pasien di Indonesia, termasuk pasien-pasien Kanker Paru ALK+ yang membutuhkan penanganan yang tepat berdasarkan kondisi mereka.

 

Jakarta, 8 November 2022 – Dalam rangka peringatan Bulan Kesadaran Kanker Paru 2022, PT. Takeda Indonesia berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dalam mengadakan webinar media bertajuk “Pentingnya Diagnosis yang Tepat untuk Kanker Paru” guna meningkatkan kesadaran mengenai dalam hal diagnosis Kanker Paru di Indonesia.

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan, “Kanker paru adalah jenis kanker yang angka kejadiannya paling tinggi pada laki-laki di Indonesia dengan 95% kanker paru akibat lingkungan serta gaya hidup, dan kebiasaan merokok, dalam hal ini Indonesia menempati posisi nomor satu dalam jumlah perokok laki-laki dewasa di dunia, serta polusi sekitar yang tinggi.”

Lebih lanjut Prof. Aru menyampaikan, “Gejala pada kanker paru seringkali tidak tampak pada stadium awal, ini berakibat dimana data saat ini menunjukkan bahwa 60% pasien kanker paru datang dalam stadium lanjut, sebab kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC, dengan demikian penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko, gejala, dan perawatan yang tersedia termasuk modalitas diagnosis kanker paru sehingga kanker paru dapat diobati dengan tepat.”

“Yayasan Kanker Indonesia mengapresiasi kolaborasi dengan PT Takeda Indonesia sehingga kita dapat lebih mengetahui tentang modalitas diagnosis kanker paru yang tepat,” ujar Prof. Aru.

Andreas Gutknecht, General Manager of PT Takeda Indonesia mengatakan, “Takeda berkomitmen untuk menerjemahkan sains ke dalam pengobatan yang dapat mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Kami berfokus pada berbagai penyakit dengan kebutuhan medis tak terpenuhi paling tinggi dan masalah terbesar dalam kesehatan masyarakat, kanker paru tentunya adalah salah satu dari penyakit tersebut. Dengan demikian, diagnosis dini dan tepat pada kanker paru menjadi titik kritis dalam keberhasilan pengobatan pasien. Oleh karena itu, kami bersyukur dapat bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia untuk meningkatkan kesadaran terkait kanker paru secara berkelanjutan di Indonesia.”

Dalam kegiatan diskusi media memperingati Bulan Kesadaran Kanker Paru 2022, Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K) – Pengurus Pusat Yayasan Kanker Indonesia dan Bekerja di  Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI - RSUP Persahabatan, yang bertindak sebagai narasumber mengatakan, “Berdasarkan data Globocan 2020, di Indonesia terlihat masalah kanker paru ada dua poin penting yaitu jumlah kasus paru yang terus meningkat dan hanya dapat diatasi dengan melakukan pencegahan atau pengendalian faktor risiko kanker paru. Masalah kedua masih buruknya prognosisnya dibanding kanker lain yaitu dengan pendeknya angka harapan hidup akibat Sebagian besar penyakit ditemukan pada stadium lanjut.  Maka usaha skrining atau deteksi dini akan secara langsung akan memperpanjang harapan hidup. Namun kabar baiknya, pasien kanker paru stadium lanjut yang mendapat pengobatan yang spesifik berdasarkan karakteristik kelainan molecular menunjukkan hasil yang baik.

Beliau memaparkan perlu mewaspadai orang yang memiliki faktor risiko dan mempunyai gejala-gejala respirasi meski sulit membedakan dengan penyakit paru lainnya. Gejala yang timbul pada pasien kanker paru, diantaranya batuk yang persisten, darah pada mukus/lendir, bernapas pendek, nyeri di area dada, kelelahan yang berlebihan, penurunan bobot badan dan penurunan nafsu makan. Faktor risiko yang berpotensi menyebabkan kanker paru yang paling utama adalah merokok. Selain itu kontak dengan zat-zat karsinogenik (Radon, Arsen, Asbestos), keluarga yang memiliki riwayat kanker paru, dan Riwayat penyakit paru kronik lainnya. Melakukan skrining atau deteksi dini pada kelompok berisiko tinggi adalah upaya yang paling baik yang harus dilakukan untuk meningkatkan angka tahan hidup penderita kanker paru.

Beliau menekankan bahwa pemeriksaan kanker paru sangatlah penting untuk memahami kanker yang dialami pasien secara spesifik. Dengan demikian, pasien dapat memperoleh pengobatan dengan hasil yang optimal dan bertahan hidup lebih lama.

Beliau menjelaskan  bahwa Kanker paru dibedakan untuk setiap pasien dari jenis sel dan perubahan sel abnormal. Pengujian biomarker akan menunjukkan mutasi spesifik pada sel Kanker. Pengujian biomarker sangat penting karena dapat mendeteksi adanya penanda biologis (biomarker) spesifik yang dapat membantu pemilihan  terapi yang telah tersedia di Indonesia. Tes untuk melihat mutasi gen  gen atau molekuler yang berkaitan dengan pilihan terapi target adalah mutasi  ALK, EGFR, ROS1.

Selanjutnya, beliau mengatakan “Kanker paru-paru positif ALK (Anaplastic Lymphoma Kinase positive, atau ALK+) terjadi pada 1 dari 25 pasien kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Di Indonesia, prevalensi adenokarsinoma paru dengan ALK positif mencapai 7 %.

 

Tentang Takeda

Takeda adalah pemimpin biofarmasi global, berbasis nilai, yang digerakkan oleh R&D yang berkantor pusat di Jepang, berkomitmen untuk menemukan dan memberikan perawatan yang mengubah hidup, dipandu oleh komitmen kami kepada pasien, karyawan kami, dan planet ini. Takeda memfokuskan upaya R&D pada empat bidang terapeutik: Onkologi, Genetika Langka dan Hematologi, Ilmu Saraf, dan Gastroenterologi (GI). Kami juga melakukan investasi R&D yang ditargetkan dalam Terapi dan Vaksin yang Berasal dari Plasma. Kami berfokus pada pengembangan obat-obatan yang sangat inovatif yang berkontribusi untuk membuat perbedaan dalam kehidupan masyarakat dengan memajukan pilihan pengobatan baru dan memanfaatkan mesin dan kemampuan R&D kolaboratif kami yang ditingkatkan untuk menciptakan jalur yang kuat dan beragam modalitas. Karyawan kami berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan bekerja sama dengan mitra kami dalam perawatan kesehatan di sekitar 80 negara dan wilayah. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi https://www.takeda.com.

 

Tentang Yayasan Kanker Indonesia

Yayasan Kanker Indonesia (YKI) merupakan organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya pencegahan kanker. Tujuan YKI adalah mengupayakan pencegahan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang promotif, preventif dan suportif. Menyadari bahwa pencegahan kanker hanya dapat berhasil jika dilakukan oleh semua pihak, maka YKI melakukan kegiatannya dengan bekerjasama dengan semua pihak, baik itu pemerintah, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, pihak swasta maupun dunia usaha baik di dalam negeri. dan di luar negeri. YKI memiliki lebih dari 100 cabang di seluruh Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut tentang YKI, kunjungi http://yayasankankerindonesia.org/ dan IG @yayasankankerid, atau email humas.yki@gmail.com dan ykipusat@gmail.com