Jakarta, 31 Oktober 2018 – Pada tanggal 1 sampai 4 Oktober 2018 telah berlangsung World Cancer Congress 2018 (WCC) di Kuala Lumpur, Malaysia, yang menghasilkan resolusi bagi Yayasan Kanker Indonesia untuk menerapkan empat pilar utama penanggulangan kanker di Indonesia.

WCC merupakan konperensi tingkat internasional yang diakui dan mendorong adanya pertukaran pengetahuan secara efektif dan praktik-praktik terbaik diantara 3.500 pakar kesehatan dan pakar pengendalian kanker dunia. Tujuan dari WCC adalah untuk memperkuat aksi dan dampak komunitas kanker pada skala nasional, regional dan internasional melalui program edukasi yang mencakup seluruh hal terkait kanker, mulai dari pencegahan hingga perawatan paliatif.

Penanggulangan kanker menjadi sangat penting di Indonesia. Menurut WHO jumlah pengidap kanker tiap tahun bertambah 7 juta orang, dan dua per tiga diantaranya berada di negara-negara yang sedang berkembang. Di Indonesia, kanker menjadi masalah kesehatan yang perlu diwaspadai. Tiap tahun diperkirakan terdapat 100 kasus baru per 100.000 penduduk. Menurut data GLOBOCAN 2018, dengan populasi Indonesia yang lebih dari 260 juta, terdapat hampir 350.000 kasus kanker baru dan lebih dari 207.000 kematian.  Sementara jumlah prevalensi selama 5 tahun adalah sebesar 775.000+ kasus. Adapun menurut WHO (2003) di negara-negara berkembang kasus kanker meningkat secara tajam yaitu lebih dari 50%, dari 10 juta kasus pada tahun 2000 menjadi 16 juta pada tahun 2020.

Prof. Dr. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP selaku Ketua Umum YKI menjelaskan, “Meningkatnya kasus kanker secara drastis patut menjadi perhatian segenap masyarakat. Yayasan Kanker Indonesia mempunyai visi untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian terhadap penyakit kanker, dan menjalankan misi untuk melakukan segala upaya peningkatan pemahaman publik melalui program sosialisasi tentang pentingnya pencegahan kanker, dan melakukan kegiatan pendukung yang menekankan pada pentingnya deteksi dini kanker mengingat kanker dapat disembuhkan jika ditemukan pada stadium dini.”

Sementara perawatan terhadap pasien kanker harus terus diperhatikan dari sisi kualitas dan aksesibilitas, perawatan paliatif-pun merupakan suatu cara untuk meringankan atau mengurangi penderitaan. Perawatan paliatif sekarang sudah menjadi bagian integral dari pendekatan terapetik terhadap pasien tidak menular seperti kanker.

Perawatan paliatif membantu seorang penderita kanker untuk hidup lebih nyaman sehingga memiliki kualitas hidup yang lebih baik sebagai kebutuhan manusiawi dan hak asasi bagi penderita penyakit yang sulit disembuhkan atau sudah berada pada stadium lanjut.

“Sebagai anggota aktif dari The Union for International Cancer Control atau UICC dalam World Cancer Congress 2018, Yayasan Kanker Indonesia mencatat empat pilar penanggulangan kanker yang pelaksanaannya perlu didukung oleh kebijakan-kebijakan yang dapat mempercepat terciptanya Perawatan Bagi Semua Orang atau Treatment for All,” ujar Prof. Aru Sudoyo.

Keempat pilar penanggulangan kanker adalah: (1) data kanker yang lebih akurat untuk kebutuhan kesehatan publik; (2) akses terhadap deteksi dini dan diagnosa; (3) perawatan tepat waktu dan akurat; (4) perawatan suportif dan paliatif.

Pilar pertama perlu didukung kemampuan dan kesungguhan dalam melaksanakan riset yang mendalam secara konsisten. Pilar kedua menjadi penting mengingat kondisi yang ditemukan adalah bahwa hampir sebagian penyakit kanker ditemukan pada stadium lanjut, sehingga angka kesembuhan dan angka harapan hidup pasien kanker belum seperti yang diharapkan meskipun tata laksana kanker telah berkembang dengan pesat.  

“Catatan yang perlu mendapat perhatian pada pilar ketiga dan keempat yaitu peran nutrisi. Nutrisi merupakan faktor esensial dalam pengobatan pasien kanker. Peran nutrisi dalam melindungi pasien kanker sangat menentukan efektif atau tidaknya terapi kemo atau radiasi secara maksimal, mengingat keberhasilan terapi sangat berhubungan dengan kondisi imunitas pasien yang erat kaitannya dengan peran nutrisi. Strategi “Cancer Starvation” melalui diet menghindari gula, daging merah dan produk-produk yang mengandung susu, perlu diterapkan dan menggantinya dengan berbagai produk yang mengandung selenium , zinc, magnesium, vitamin-vitamin dan antioksidan,” jelas Prof. Aru Sudoyo.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia perlu memberikan dukungan terhadap perawatan paliatif agar pasien kanker memiliki kualitas hidup yang lebih baik, khususnya dengan melibatkan pemerintah untuk menerapkan ‘Kebijakan Perawatan Paliatif Nasional’, termasuk melengkapi Program Paliatif Andalan dengan Terapi Nutrisi; membangun koalisi advokasi untuk mendukung peningkatan perawatan suportif dan paliatif kanker; dan meningkatkan pemahaman masyarakat dan praktisi kesehatan akan tanda-tanda dan gejala-gejala kanker untuk melakukan deteksi dini dan rujukan yang tepat waktu, sehingga dapat mengurangi permintaan terhadap perawatan paliatif di Indonesia.

Yayasan Kanker Indonesia telah mengadakan program perawatan paliatif di rumah sejak tahun 1995 yang berlokasi di Yayasan Kanker Indonesia Lebak Bulus, Jakarta. YKI memiliki potensi sumber daya manusia dan memiliki hubungan baik dengan organisasi profesi kesehatan lainnya untuk memberikan program pelatihan perawatan paliatif untuk pasien kanker perawatan di rumah.

Terkait dengan hal tersebut, Yayasan Kanker Indonesia terus melakukan pengembangan program perawatan paliatif di YKI Cabang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sepanjang tahun 2017, YKI telah melaksanakan kegiatan pelatihan di beberapa cabang YKI, yakni Kupang, Palembang, Makassar dan Bandung. Sedangkan di tahun 2018 YKI berencana melaksanakan kegiatan pelatihan di Semarang, Jakarta, Tanjung Pinang – Kepulauan Riau, dan Lampung.